Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Makhluk Halus dan Usaha Warga Desa Torosiaje Menjaga Mangrove

Kompas.com - 30/10/2017, 07:30 WIB
Rosyid A Azhar

Penulis

Ekosistem laut ini mampu menyerap dan menyimpan karbon dalam sendimen secara terus-menerus. Ini berbeda dengan ekosistem daratan yang cenderung berkurang.

Menurut Putri Mamonto, karbon diserap dan disimpan oleh organisme laut dalam wujud sendimen yang ditimbun selama ratusan, bahkan ribuan tahun.

Para habitat pesisir ini menjadi penyedia fungsi ekosistem yang sangat penting, termasuk sebagai penyerap karbon berkapasitas tinggi.

Pemuliaan ekosistem laut yang dilakukan KSL Paddakauang ini adalah aksi nyata untuk menyerap emisi gas karbon yang dilepas banyak pabrik, terutama di negara maju.

Emisi gas karbon sebagai produk industrialisasi dan gaya hidup konsumtif sebagian besar masyarakat yang dilepas ke udara terus-menerus menyebabkan suhu atmosfer meningkat.

Naiknya suhu atmosfer ini yang biasa disebut sebagai pemanasan global (global warming).  Pemanasan inilah yang mengganggu keseimbangan bumi, menyebabkan perubahan iklim.

Suhu yang meningkat membuat lapisan es di kutub mencair, permukaan air laut meningkat, bencana kekeringan dan kebakaran terjadi di mana-mana, penyakit dan wabah menambah derita banyak warga terutama di negara berkembang, hingga pertanian gagal panen karena tidak pastinya cuaca dan iklim.

“Kisah sukses KSL Paddakauang yang diketuai Umar Pasandre dalam mempertahankan ekosistem hutan mangrove memberi harapan baru bagi warga dunia secara global. Ini kontribusi nyata peran orang desa di dunia global,” ujar Putri Mamonto.

KSL Paddakauang melakukan pelestarian hutan mangrove seluas 109 hektare yang memanjang 5 km di pesisir Desa Bumi bahari, Torosiaje Jaya dan Torosiaje.

“Penanaman mangrove yang kami lakukan hingga di desa Trikora dan Dudewulo, total luasan mencapai 40 hektare, dengan melibatkan siswa sekolah, karang taruna, dan kaum wanita,” kata Umar Pasandre.

Umar mengaku penanaman mangrove ini tidak langsung dirasakan manfaat ekonominya oleh warga,  namun mereka yakin dengan memiliki hutan mangrove ini ketersediaan ikan terus melimpah.

Kesuksesan KSL Paddakauang melestarikan mangrove ini mendorong Pemerintah Provinsi Gorontalo mengusulkan sebagai Kawasan Ekosistem Esensial (KEE) ke Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan.

“Cerita sukses ini mendorong kami untuk memfasilitasi pengusulan KEE,” kata Rahman Dako, penggiat lingkungana Gorontalo.

Jika usulan ini disetujui, maka Torosiaje dan sekitarnya adalah KEE yang pertama di Provinsi Gorontalo.

Dari pesisir Popayato Barat yang berada di lengan utara Pulau sulawesi, orang-orang Bajo ini telah memberi sumbangan nyata mengurangi emisi karbon dunia.

Baca Juga: Dunia yang Tersembunyi Tersingkap setelah Gunung Es Antartika Pisah

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:



Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau