Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menyelamatkan Burung-burung Papua dengan Ekowisata

Kompas.com - 27/10/2017, 20:18 WIB
Resa Eka Ayu Sartika

Penulis

Sumber AFP

KOMPAS.com - Apa yang Anda pikirkan saat menyebut kata Papua? Tentu salah satu yang terlintas adalah kekayaan alamnya.

Di antara banyak kekayaan alam Papua, salah satunya adalah burung-burung indah yang mendiami pulau paling timur di Indonesia itu.

Sayangnya, burung-burung tersebut saat ini dalam ancaman kepunahan. Bahkan melihat burung-burung indah tersebut sekarang tak lagi mudah.

Dikutip dari AFP, Kamis (26/10/2017), perkebunan dan pertanian disebut-sebut sebagai sarana untuk meningkatkan peluang ekonomi, berkembang pesat di Papua.

Baca juga: Spesies Burung di Inggris Ini Buktikan Adanya Evolusi

Namun, beberapa penduduk desa dan ahli konservasi memperingatkan hal ini akan mengakibatkan hutan hancur dan burung-burung yang menghuni hutan berada diambang kepunahan.

Jumlah burung cendrawasih, atau yang sering disebut sebagai bird of paradise, sudah menyusut saat ini. Mereka dijadikan makanan, dibunuh, dan bahkan dijual sebagai hiasan.

Pihak berwenang memang sudah lama melarang penjualan cendrawasih. Tapi masih banyak perdagangan ilegal yang berkembang karena permintaan internasional yang tinggi.

"Saat ini ancaman bukan hanya perburuan satwa liar, tapi pembalakan liar. Konversi hutan menjadi perkebunan kelapa sawit dan coklat merupakan ancaman terbesar," kata Charles Roring, seorang pemandu burung.

Menurut Roring, hutan hujan Indonesia sendiri adalah rumah bagi 41 spesies burung. 37 di antaranya dapat ditemukan di hutan-hutan Papua.

Keragaman terdiri dari burung yang lebih kecil dari cendrawasih, yang dikenal dengan bulu kuning dan putihnya.

Karena warna mencoloknya, burung cendrawasih memiliki sejarah panjang terjebak dan diperdagangkan sebagai hiasan.

Baca juga: Bahas Serangan Burung, Otoritas Bandar Udara Berkumpul di Rembele

Burung-burung itu memikat orang-orang Eropa setelah penjelajah pada abad ke-16 kembali dengan kulit yang dikeringkan. Mereka juga memotong kaki burung tersebut untuk dipadang pada tongkat.

Tak hanya itu, bulu burung yang berwarna-warni populer sebagai dekorasi tradisional suku Papua seperti hiasan kepala.

Serene Chng, seorang petugas program di LSM lingkungan hidup mengatakan, burung-burung liar diselundupkan ke daerah lain di Indonesia dan Asia Tenggara.

"Kapasitas penegakan hukum sangat terbatas, katanya.

Halaman:


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Terpopuler

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau