KOMPAS.com -- Bagi kebanyakan orang, memberi makan burung adalah hal yang sepele, atau bahkan bentuk kebaikan terhadap lingkungan. Namun, siapa sangka bahwa kebiasaan memberi makan burung liar ini dapat mengubah bentuk paruh mereka dan memaksa evolusi terjadi lebih cepat.
Hal tersebut diungkapkan oleh penelitian terbaru yang diterbitkan di jurnal Science pada Jumat (20/10/2017) dengan judul Recent natural selection causes adaptive evolution of an avian polygenic trait.
Para ilmuwan belakangan melihat variasi genetik pada burung Parus major yang umum ditemukan di Eropa, dan meneliti 3.000 P major di Inggris dan Belanda.
BACA: Tui, Burung yang Marah jika Saingannya Berkicau Lebih Baik
Meskipun seharusnya spesies yang sama, para peneliti menemukan perbedaan genetik di antara kedua kelompok burung di negara itu, terkait paruhnya.
"(Perubahan paruh) dipimpin oleh genom," ujar salah satu penulis studi, Mirte Bosse yang juga seorang peneliti Institut Ekologi Belanda, dalam sebuah pernyataan seperti dikutip Livescience, Rabu (25/10/2017).
Mereka pun menggali koleksi museum dan kumpulan data selama 26 tahun terakhir dan mengonfirmasikan bahwa populasi burung P major di Inggris tidak lagi sama dengan burung P major yang ada di Belanda, Eropa.
Paruh P major yang di Inggris menjadi lebih panjang selama beberapa dekade terakhir, dan kemungkinan disebabkan oleh semakin banyaknya pemberi makan burung di Inggris.
BACA: Ribuan Burung Pipit Mati Misterius di Karangasem, Apa Penyebabnya?
Bentuk paruh burung memang sangat terkait dengan cara mereka mencari makan di lingkungan. Sebagai contoh, perbedaan bentuk paruh yang tipis pada kutilang di kepulauan Galapagos seperti yang ditemukan oleh ahli hewan Charles Darwin mengisyaratkan bagaimana burung berkembang untuk beradaptasi dengan lingkungannya yang sangat spesifik.
Menurut data, orang-orang Inggris menghabiskan dua kali lipat lebih banyak uang untuk membeli pakan burung. Mereka juga memasang pengumpan di 50 persen kebun di Inggris.
Para peneliti pun mengungkapkan, paruh (P major) yang lebih panjang mungkin akan lebih efisien dalam mencongkel benih dari pengumpan, dan memberi keuntungan lebih dibanding burung dengan paruh yang pendek.
"Meski kita belum dapat memastikan bahwa pengumpan burung bertanggung jawab akan fenomena ini, tampaknya masuk akal untuk menyebutkan bahwa paruh P major di Inggris telah berevolusi dan beradaptasi terhadap tambahan makanan," kata Lewis Spurgin, seorang ahli biologi evolusioner dari Sekolah Ilmu Biologi Universitas East Anglia, yang ikut penelitian ini.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.