"Tantangannya termasuk permintaan dari konsumen, korupsi, pengawasan yang buruk, serta kurangnya dukungan dari lembaga non-penegak hukum yang dapat membantu maskapai penerbangan, pengirim barang, layanan kurir bandara," sambung Chng.
Wisata alam bisa jadi solusinya
Di Sorong, seorang penjual souvenir mengatakan bahwa gelang tradisional yang dibuat dengan bulu burung ini bisa menghasilkan 1,5 juta rupiah.
Baca juga: Tui, Burung yang Marah jika Saingannya Berkicau Lebih Baik
Inilah yang membuat makin banyaknya perburuan burung cendrawasih.
Selain itu, Papua yang merupakan rumah bagi sepertiga hutan hujan di Indonesia ditebang dengan cepat.
Max Binur, ahli lingkungan dari LSM Belantara Sorong menyebutkan perusahaan kelapa sawit mulai beroperasi di dekat desa malagufuk sekitar tiga tahun lalu.
Binur yang tahu bahwa warga khawatir perusahaan tersebut akan menghancurkan hutan dan kehidupan desa tradisional itu mengajukan solusi yang diyakini dapat melindungi burung dan hutan sekaligus.
Ia membantu mengubah Malagufuk menjadi sebuah desa wisata, di mana penduduknya bisa bekerja sebagai pemandu wisata dan menyediakan akomodasi bagi pengunjung.
Hingga saat ini, 20 wisatawan berkunjung setiap bulannya untuk melihat burung cendrawasih serta spesies burung laiinnya seperti kaswari dan burung enggang.
Pengunjung harus menempuh perjalan dua jam melalui hutan untuk mencapai pemukiman di dusun terpencil yang memiliki listrik terbatas ini.
Baca juga: Begini Cara Ilmuwan Australia Selamatkan Populasi Burung Swift Parrot
"Sepertinya wisata alam ini adalah sesuatu yang bagus untuk kami gunakan. Ibuku suka dengan burung dan kami mengenal burung cendrawasih melalui film dokumenter," kata Lisa von Rabenau, seorang turis dari Jerman.
Binur berencana untuk meluncurkan usaha desa wisata serupa di seluruh Papua. Ia berharap pariwisata ini akan mengarah pada konservasi burung-burung yang terkenal di dunia dan memberikan keuntungan bagi warga lokal.
Ia menjelaskan, "Wisatawan dapat mendatangkan sedikit uang untuk para penduduk desa menghidupi keluaganya, mengirim anaknya ke sekolah, membeli seragam, dan mereka juga akan sadar untuk menyelamatkan alam."
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.