KOMPAS.com - Indonesia hanya punya segelintir taksonom. Salah satu di antaranya adalah Dr Dwi Listyo Rahayu, Peneliti Pusat Penelitian Oseanografi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI). Ia mungkin salah satu taksonom langka karena di dunia saat ini hanya ada 5 taksonom kelomang (hermit crab) atau biasa disebut umang-umang, pong-pongan, atau kepompong. Ia memulai aktif meneliti kelomang pada tahun 1987, menyelesaikan studi master dan doktoral di Perancis dalam bidang biologi kelautan.
Beberapa waktu lalu, dalam acara Kongres dan Seminar Taksonomi Kelautan Indonesia I, Kompas.com sempat berbincang dengannya. Beberapa pertanyaan seputar perjalanan sebagai taksonom kelomang, penemuan yang telah dihasilkan hingga kehidupan pribadi sebagai seorang taksonom sempat dibicarakan. Berikut petikan wawancara Kompas.com.
Bagaimana awalnya bisa tertarik menekuni taksonomi kelomang?
Saya mulai meneliti tahun 1987. Kebetulan saya dulu ikut meneliti dengan profesor saya. Saya melihat kerja yang tekun dan saya suka itu. Lalu secara kebetulan saya mendapat beasiswa di Perancis. Di sana, saya pergi ke museum dimana profesor saya dulu ambil studi untuk disertasinya. Waktu itu saya mau taksonomi udang, tapi di sana ternyata enggak ada. Lalu saya ditawari untuk mempelajari kelomang.
Saya pikir waktu itu, apa sih bagusnya kelomang, apa gunanya. Lalu saya diberi kelomang yang masih fresh dan saya lihat, it's not bad. Cantik juga. Saya lalu mulai lihat literaturnya, ternyata tak banyak yang mengerjakan. Publikasi kelomang dari Indonesia waktu itu hanya ada satu pada tahun 1937. Saya pikir, ini kesempatan saya untuk mengerjakan dan ternyata menarik. Akhirnya saya ambil.
Apa sih gunanya menekuni kelomang? Mengapa bisa begitu bersemangat?
Ilmu itu too luxurious di Indonesia. Setiap kali saya menemukan spesies baru, saya selalu berpikir bahwa ada yang mengatur hidup ini, dia Tuhan. Saya selalu berkata dalam hati, "Ya Allah, kau tunjukkan kepadaku sesuatu yang baru." Saya menemukan makna dari apa yang saya kerjakan. Jika ada yang bertanya untuk apa menekuni taksonomi kelomang, saya berkata, taksonomi itu science for science. Taksonomi menunjang perkembangan science selanjutnya. Jadi kita tidak bisa mengetahui secara langsung manfaat suatu spesies begitu dia ditemukan. ada prosesnya dulu.
Apa peran kelomang dalam kehidupan kita?
Kelomang itu memakan semuanya. Perannya dalam ekosistem, kalau dalam bahasa Jawa, adalah resik-resik, bersih-bersih. Kita tidak secara langsung akan melihat dia bersih-bersih, tetapi kita bisa mengetahuinya lewat penelitian. Di mana ada kelomang? Kita bisa tahu kalau misalnya ada intrusi air tawar, maka di sanalah kelomang ada. Kelomang hidup pada dasarnya dari daerah intertidal hingga laut pada kedalaman 2.000 meter.
Ada berapa spesies kelomang? Berapa yang sudah Anda temukan?