Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 30/05/2017, 04:04 WIB
Lutfy Mairizal Putra

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com -- Saat bulan Ramadhan, aktivitas tubuh berubah, terutama lamanya waktu tidur. Jam tidur akan terpangkas karena bangun di malam hari untuk makan sahur. Kemudian, di siang hari, rasa kantuk muncul. Lantas, terkadang pilihan untuk tidur sejenak menjadi kebutuhan.

Namun, mereka yang tidur di siang hari sering kali dianggap sebagai pemalas. Benarkah demikian?

Dokter Andreas Prasadja, RPSGT dari Snoring and Sleep Disorder Clinic mengatakan, selama bulan Ramadhan, masyarakat harus mengubah paradigma. Tidur tidak boleh lagi dianggap sebagai kegiatan pemalas.

"Paradigmanya yang harus diubah. Jangan anggap tidur itu malas. Justru  tidur di bulan puasa itu manfaatnya besar sekali," kata Andreas saat dihubungi pada hari Senin (29/5/2017).

(Baca juga: Jaga Waktu Tidur Anda di Bulan Ramadhan dengan Kiat Dokter Ini)

Andreas memaparkan, usia dewasa membutuhkan tidur selama tujuh hingga sembilan jam per hari. Maka, lanjut dia, di bulan puasa tidur menjadi berkurang.

Andreas menuturkan, kurangnya waktu tidur akan membuat kinerja otak berkurang, tekanan darah melonjak, gula darah melonjak, dan metabolisme tubuh terganggu.

"Produktivitas menurun. Ketika siang jadi mengantuk. Padahal, bukan karena kekenyangan, tapi karena pada jam tersebut, jam biologisnya sedang menurun," ucapnya.

Selain itu, Andreas menyebutkan, berkurangnya waktu tidur akan mengurangi kemampuan konsentrasi, kewaspadaan, dan refleks menghindar yang diperlukan saat berkendara. Berkendara dalam kondisi mengantuk, kata dia, lebih berbahaya dibandingkan berkendara dalam kondisi mabuk.

Saat tidur, terjadi aktivitas yang membuat suhu tubuh terasa relatif lebih hangat. Dalam salah satu penelitian, kata Andreas, aktivitas otak 70 persen lebih aktif dibanding saat terjaga.

(Baca juga: Susah Tidur? Kemungkinan Besar karena Perubahan Iklim)

"Pada saat tidur diperbaki yang rusak, daya ingat ditingkatkan lagi. Kemampuan konsentrasi diingat, kemampuan mengambil keputusan dipoles, dan semua itu terjadi hanya pada saat tidur," kata Andreas.

"Stabilitas sistem kardiovaskuler, jantung dan pembuluh darah juga dijaga pada saat tidur. Keseimbangan hormonal juga dijaga pada saat tidur. Jadi, kalau ini tidak terjaga, tekanan darah naik, kekentalan darah naik, gula darah naik, semua akan naik, kolesterol juga naik," tambah dia.

Andreas menilai, tidak ada zat yang dapat menggantikan fungsi restoratif yang dihasilkan saat tidur. Konsumsi vitamin juga menjadi percuma bila waktu tidur tidak terjaga.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Terpopuler

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau