Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Susah Tidur? Kemungkinan Besar karena Perubahan Iklim

Kompas.com - 29/05/2017, 09:05 WIB
Shierine Wangsa Wibawa

Penulis

KOMPAS.com -- Anda mungkin sudah tahu bahwa  temperatur adalah kunci dari tidur yang nyenyak. Ketika Anda mulai mengantuk, pembuluh darah di kulit membesar dan membuat tangan dan kaki menjadi lebih hangat. Mekanisme ini membantu tubuh untuk menurunkan temperaturnya mengikuti lingkungan sekitar dan membuat Anda lelap.

Namun, belakangan ini penduduk dunia, tidak hanya di Indonesia, merasa terlalu gerah untuk tidur nyenyak. Selain karena hadirnya musim kemarau seperti di Jakarta yang disertai dengan pembentukan awan, kegerahan ini ternyata juga disebabkan oleh perubahan iklim.

(Baca juga: Jakarta, Kenapa Belakangan Panas Sekali?)

Melalui studi yang dipublikasikan dalam jurnal Science Advances, sekelompok peneliti dari Harvard dan University of California berkata bahwa temperatur yang terus meningkat akibat perubahan iklim membuat penduduk dunia jadi susah tidur.

Mereka menemukan hal ini setelah menganalisa survei yang dilakukan oleh Centers for Disease Control and Prevention dari tahun 2002 hingga 2011 kepada penduduk Amerika Serikat. Dalam survei tersebut, para responden mendapat pertanyaan “Selama 30 hari terakhir, berapa harikah Anda tidak dapat tidur nyenyak?”

Para peneliti kemudian menghubungkan jawaban mereka dengan tanggal survei dan kota yang mereka tinggali untuk menentukan jumlah malam hangat yang terjadi pada masa tersebut.

Seperti yang diduga, temperatur yang lebih hangat meningkatkan kemungkinan laporan kurang tidur dari responden. Kenaikan temperatur rata-rata sebanyak satu derajat celcius saja meningkatkan kemungkinan kurang tidur sebanyak tiga hari dalam sebulan per 100 orang.

Terutama bagi orang-orang berpendapatan rendah yang tidak memiliki pendingin ruangan dan lansia yang tubuhnya tidak bisa mengatur temperatur dengan baik, efek ini meningkat hingga 10 kali lipat.

(Baca juga: Rupanya, Inilah yang Sebenarnya Terjadi pada Otak Manusia Saat Tidur)

Padahal, tanpa tidur yang cukup, otak tidak dapat bekerja dengan baik, otot tidak dapat memperbaiki dirinya sendiri, sistem imunitas tubuh menurun, dan risiko serangan jantung pun meningkat. Seperti yang dikutip dari The Verge 26 Mei 2017, para peneliti mengatakan, kesehatan manusia menurun tanpa istirahat yang cukup.

Kabar ini juga menjadi semakin buruk ketika para peneliti memproyeksikan malam yang panas di masa depan berdasarkan data dari NASA. Mereka menemukan bahwa jumlah hari dengan tidur yang buruk per 100 orang menjadi enam hari lebih banyak pada tahun 2050 dan 20 hari lebih banyak pada tahun 2099.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Selamat, Kamu Pembaca Terpilih!
Nikmati gratis akses Kompas.com+ selama 3 hari.

Mengapa bergabung dengan membership Kompas.com+?

  • Baca semua berita tanpa iklan
  • Baca artikel tanpa pindah halaman
  • Akses lebih cepat
  • Akses membership dari berbagai platform
Pilihan Tepat!
Kami siap antarkan berita premium, teraktual tanpa iklan.
Masuk untuk aktivasi
atau
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau