Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jaga Waktu Tidur Anda di Bulan Ramadhan dengan Kiat Dokter Ini

Kompas.com - 29/05/2017, 21:34 WIB
Lutfy Mairizal Putra

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com -- Selama bulan Ramadhan, waktu tidur manusia usia dewasa berkurang. Dengan adanya waktu sahur dan persiapannya, sulit untuk bisa mencapai waktu tidur tujuh jam yang direkomendasikan.

Dokter Andreas Prasadja, RPSGT praktisi kesehatan tidur dari Snoring and Sleep Disorder Clinic mengatakan, berkurangnya waktu tidur selama bulan puasa tidak dapat dihindarkan. Akan tetapi, yang dapat dilakukan adalah meminimalkan kekurangannya.

Untuk itu, Andreas menyarankan untuk memajukan waktu tidur di malam hari menjadi lebih cepat. Misalnya, jika terbiasa tidur pukul 23.00, cobalah tidur pukul 21.00 agar dapat sahur pukul 03.00.

"Majukan jam tidur (jadi) pukul 20.00 atau pukul 21.00. Apalagi kalau ibu-ibu yang mesti mempersiapkan sahur dan sebagainya, disarankan untuk memajukan jam tidurnya," kata Andreas saat dihubungi, Senin (29/5/2017).

Namun, bila anda harus bekerja hingga larut malam, Andreas menghimbau agar menggunakan waktu istirahat yang tersisa untuk tidur. Selepas sahur dan salat subuh misalnya, jika masih memungkinkan, gunakan waktu tidur sebelum kembali bekerja.

Bila rumah Anda cukup jauh dari tempat kerja dan masih mengantuk, sebaiknya tidak membawa kendaraan pribadi. Sebab, berkendara dalam keaadan mengantuk lebih berbahaya dibandingkan saat mabuk.

(Baca juga: Rupanya Inilah yang Sebenarnya Terjadi pada Otak Manusia Saat Tidur)

"Sampai kantor pagi, silahkan tidur. Istirahat makan siang kan enggak makan, habis salat tidur dulu sehingga begitu kita bangun, kita mendapatkan segala manfaat tidur. Performa kembali, semangat, energi kembali," kata Andreas.

Dia mengatakan, tidak ada yang dapat menggantikan fungsi restoratif yang dihasilkan saat tidur. Olahraga ringan, juga tidak cukup membantu.

Menurut Andreas, olahraga ringan yang menggunakan teknik pernafasan hanya akan membuat segar sementara. Namun, otak yang telah lelah tidak dapat dibuat segar kembali.

"Cuma bikin segar sesaat, segar dalam arti melek karena kortisol naik. Jadi, yang bisa dilakukan cuma tidur karena tidak ada yang bisa menggantikan, olahraga pun hanya meningkatkan keterjagaan. Otak yang sudah lelah tetap akan lelah, performanya tidak akan terbantu," ujar Andreas.

Walaupun kini sudah terlambat, Andreas menyarankan untuk mengubah pola tidur secara bertahap dua pekan sebelum Ramadan. Hal itu diperlukan untuk membiasakan tubuh terhadap pola tidur barunya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com