Pulau yang tak pernah bergabung dengan Sumatera sejak jutaan tahun lalu itu akan dibangun secara hijau.
"Saya tak ingin ada tambang apapun di Enggano," ungkapnya ketika membuka "Simposium Enggano 2015: Alam dan Manusianya" di Bengkulu, Senin (16/11/3015).
Sebelumnya, pernah ada praktik tambang pasir di Enggano. Namun Junaidi mengaku, pihaknya telah mencabut izin tambang pasir tersebut.
Selain menjamin tak ada praktik tambang, dalam konferensi yang diadakan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Pemerintah Daerah Bengkulu, dan Universitas Bengkulu itu, Junaidi menambahkan, "Diharamkan sawit di Enggano."
Menurutnya, Enggano punya lahan yang kecil. Sawit berpotensi merusak ekosistem dan mengganggu ketersediaan air.
Junaidi juga mengupayakan pemenuhan energi dengan energi terbarukan.
Wisata
Junaidi mengatakan, Enggano memiliki potensi kemaritiman dan wisata yang tinggi.
Karenanya, dia fokus untuk mengembangkan wisata sehingga bisa menggerakkan ekonomi lokal.
Tantangan wisata ke Enggano saat ini adalah waktu tempuh.
Waktu tempuh Jakarta - Enggano hanya 50 menit. Namun, Bengkulu - Enggano mencapai 12 jam.
Junaidi mendorong pengembangan penerbangan ke Enggano, menghubungkan Lampung, Bengkulu, dan Enggano.
"Kalau perlu disubsidi dahulu tidak masalah," katanya.
Dengan penerbangan, wisatawan yang sudah ada di Lampung bisa mampir sekaligus ke Enggano.