Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

TBC Bisa Diobati dan Gratis, Ahli Tegaskan Pasien Jangan Mangkir Berobat

Kompas.com - 01/02/2020, 17:03 WIB
Ellyvon Pranita,
Shierine Wangsa Wibawa

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Meskipun Tuberkolosis (TB/TBC) menjadi penyakit menular yang tinggi angka kematiannya, penyakit ini sebenarnya dapat diobati secara gratis di Indonesia.

Ahli bahkan mengatakan bahwa TBC sangat bisa disembuhkan secara total jika pasien disiplin konsumsi obat yang diberikan oleh dokter.

"TBC bisa disembuhkan? Ya sangat bisa, enam bulan berobat pasti akan sembuh, dengan teratur berobat dan dosis yang tepat pasti sembuh," kata Kepala Balai Besar Kesehatan Paru Masyarakat Bandung, drg Maya Marinda Montain MKes, Garut, Selasa (28/1/2020).

Namun, diakui Maya, masih banyak pasien yang mangkir dari pengobatan meskipun obat TBC sudah disediakan secara gratis.

Baca juga: Orang Indonesia Harusnya Takut TBC Bukan Virus Corona, Ini Kata Ahli

Akibat tak tuntas minum obat

Seorang pasien yang dinyatakan mengidap TBC harus mengonsumsi obat setidaknya selama enam bulan dengan takaran yang disesuakan oleh dokter.

Pasien disebut mangkir bila obat hanya diminum dalam jangka waktu dua minggu, satu bulan, saat paket obat pertama habis atau sebelum waktu yang ditentukan oleh dokter.

"Kadang kan orang merasa bosan, sudah merasa sehat dan dia selesai minum obat, atau malu dengan stigma masyarakat, mereka mangkir dari yang seharusnya enam bulan minum obat TBC itu," kata Maya.

Untuk diketahui, mangkir dalam mengonsumsi obat TBC dapat menyebabkan TBC bisa kambuh kembali, susah diobati karena resisten antibiotik, menular ke orang terdekat, serta menjadikan kondisi lebih buruk dari sebelumnya hingga berujung kematian.

Baca juga: Ridwan Kamil: Eliminasi TBC 2030 Jadi Tantangan Besar di Jawa Barat

Maya mengatakan, kalau mereka mangkir di enam bulan itu, nanti kalau berobat lagi bisa jadi pengobatannya lebih dari itu. Bisa sembilan bulan, 12 bulan, tergantung kondisi dan kepatuhannya dia.

Sementara itu, pada kondisi pasien resisten antibiotik, pasien tersebut akan jadi susah diobati atau membutuhkan waktu yang lebih lama untuk pulih meskipun sudah minum obat kembali.

Pada kondisi terburuknya, resistensi antibiotik TBC dapat membuat tubuh pasien melemah dan bahkan meninggal.

Oleh sebab itu, Maya menegaskan pada pasien TBC agar tidak mencoba mangkir dan merasa sudah sehat sebelum enam bulan pertama diselesaikan.

Baca juga: Benarkah TBC Penyakit Orang Miskin? Ini Penjelasan Ahli

Pada saat yang sama, informasi yang tepat, pendampingan dan pengawasan terhadap pasien TBC dari tenaga kesehatan ini sangat penting sekali dilakukan.

"Kasih informasinya jelas, pasien TBC itu harus berobat rutin dan tuntas karena tidak boleh putus (minum obat)," tuturnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau