Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ridwan Kamil: Eliminasi TBC 2030 Jadi Tantangan Besar di Jawa Barat

Kompas.com - 30/01/2020, 12:05 WIB
Ellyvon Pranita,
Gloria Setyvani Putri

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Dalam upaya mencapai eliminasi kasus tuberkolosis (TB/TBC) 2030 di Provinsi Jawa Barat, pemerintah setempat telah melakukan beragam kolaborasi dan inovasi.

Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil mengatakan, melakukan eliminasi kasus TBC di Jawa Barat merupakan tantangan yang besar bagi pemerintah setempat.

Ridwan yang akrab disapa Kang Emil itu menyebutkan bahwa angka kasus TBC di Jawa Barat masih tinggi, yaitu sekitar 100 ribu kasus.

Hal itu dianggap sebanding dengan kuantitas penduduk di Jawa Barat yang presentasenya besar di Indonesia, sekitar 50 juta jiwa atau 20 persen dari jumlah penduduk Indonesia.

Baca juga: Benarkah TBC Penyakit Orang Miskin? Ini Penjelasan Ahli

"Mengurusi 50 juta manusia itu menjadi hal yang luar biasa terutama di bidang kesehatan," kata Kang Emil dalam acara peluncuran Gerakan Bersama Menuju Eliminasi TBC 2030, di Techno Park Cimahi, Jawa Barat , Rabu (29/1/2020).

Untuk diketahui, dahulu Indonesia menargetkan eliminasi penyakit TBC dapat dituntaskan di tahun 2010. Namun, target tersebut mundur hingga 2030.

Indonesia berada di urutan ketiga sebagai negara dengan penderita TBC terbanyak di dunia. Data yang terlapor, ada sekitar 824.000 penduduk yang menderita TBC.

Sementara itu, ada sekitar 23.000 pasien yang resisten terhadap obat TBC. Ini menjadi nomor tujuh di dunia.

Resistensi obat adalah keadaan di mana kuman tidak dapat lagi dibunuh dengan antibiotik. Pada saat antibiotik diberikan, sejumlah kuman akan mati. Tapi kemudian terjadi mutasi pada gen kuman sehingga ia dapat bertahan dari serangan antibiotik tersebut.

Dituturkan Kang Emil, tingkat keberhasilan dalam penanganan TBC di Jawa Barat, mengalami presentase yang naik turun.

Penanganan TBC di Jawa Barat

Oleh sebab itu, ada dua tindakan yang dilakukan oleh pemerintah provinsi Jawa Barat untuk mengatasi hal tersebut.

1. Kolaborasi dan koalisi

Pertama, kolaborasi atau koalisi. Kolaborasi yang dilakukan yaitu berlandaskan teori profanelix dengan melibatkan Akademisi, Bisnis, Community (Komunitas), Government (Pemerintah), dan Media (ABCGM).

Kolaborasi dari kelima aspek ini menjadi poin penting dalam upaya penanganan berbagai persoalan di masyarakat, salah satunya adalah eliminasi TBC di Indonesia.

"Ini kami lakukan dalam upaya pemberantasan TBC," kata dia.

Sementara berkoalisi dimaksudkan untuk membentuk koalisi organisasi profesi tuberkolosis (TBC). Organisasi profesi TBC tersebut merupakan gabungan dari profesi-profesi tenaga kesehatan, organisasi kemasyarakatan dan juga keagamaan.

Pencanangan rumah sakit di sembilan kabupaten atau kota di Jawa Barat, untuk fokus dan siap pada penanggulangan secara komprehensif terhadap TBC.

2. Inovasi

Di Jawa Barat, pada hari Rabu ada program bernama "Rabu sayang TB". Program ini ditujukan untuk pasien yang mengidap TBC.

Selain itu ada gerakan masyarakat eliminasi tuberkolosis (Gamet), ada pembentukan klub TB/Paru (kludiru), dan pembentukan kader pembantu obat batuk (kadmantuk).

"Batuk hari ini sensitif pak, apalagi coronavirus masih menghantui kita. Sekarang kalau ada yang batuk, dicurigai (sebagai) coronavirus," tuturnya dalam pidato di depan Presiden RI Joko Widodo.

Padahal Kang Emil paham, gejala batuk juga dapat mengindikasikan seseorang terkena TBC. Sama seperti virus corona yang sedang mewabah, TBC juga ditularkan lewat udara.

3. Desa siaga TBC

Emil mengatakan, pemerintah daerah Jawa Barat juga membentuk desa siaga TBC. Di sana ada penyaluran bantuan uang tunai bagi program keluarga harapan terutama pada penderita TBC yang memiliki rumah tak layak huni sebagai sumber utama TBC yang dideritanya.

Baca juga: Jokowi: Target Eliminasi TBC Tahun 2030 Perlu Upaya Lintas Sektor

Emil bertekad, dalam 10 tahun ke depan angka TBC di Indonesia akan turun sesuai yang ditargetkan.

"Fokus pada pembangunan sumber daya manusia, akan menjadikan kita siap menuju 2045 sebagai tahun emas untuk Indonesia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com