Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Awas Dua Satelit ini akan Bertabrakan di Orbit Bumi, Ini Sebabnya

Kompas.com - 28/01/2020, 20:32 WIB
Holy Kartika Nurwigati Sumartiningtyas

Penulis

KOMPAS.com - Dua satelit diperkirakan akan bertabrakan di dalam orbit Bumi pada pekan ini.

Melansir Science Alert, Selasa (28/1/2020), LeoLabs, layanan pelacakan puing-puing ruang angkasa mengungkapkan kemungkinan adanya dua satelit yang akan bertabrakan.

Kedua satelit itu yakni IRAS (Infrared Astronomical Sattelite) dan GGSE-4.

IRAS adalah teleskop ruang angkasa non aktif yang diluncurkan pada tahun 1983, sedangkan GGSE-4 yakni satelit muatan ilmu pengetahuan yang diluncurkan pada 1967 dan telah dipensiunkan.

Menurut data LeoLab, kedua pesawat ruang angkasa tersebut akan melintas pada 29 Januari pukul 23.39 waktu setempat.

Baca juga: Pantau Kenaikan Air Laut di Muka Bumi, 2 Satelit ini Siap Diluncurkan

Kedua satelit ini akan melintas dalam jarak hanya 15 hingga 30 meter di ketinggian sekitar 900 kilometer atau 560 mil.

Mengingat kedua satelit ini telah dinonaktifkan, maka tidak mungkin keduanya dapat diberikan peringatan untuk saling menghindar.

"Tabrakan seperti itu telah terjadi di masa lalu. Hal menariknya dari peristiwa ini, adalah perkiraan bertabrakan sangat dekat," kata arkeolog ruang angkasa Alice Gorman dari Flinders University.

Gorman menambahkan pesawat ruang angkasa telah melakukan manuver untuk saling menghindar dengan jarak 60 kilometer. Jadi ini adalah pertemuan dua pesawat yang sangat dekat.

Baca juga: Uji Coba Rudal Anti-satelit India, Astronom Amatir Ungkap Kisah Asli

"Dan jika benar-benar terjadi (tabrakan), ada potensi puing-puing besar yang akan dihasilkan. Aku akan mengatakan ini adalah salah satu tabrakan paling berbahaya yang mungkin dapat dilihat selama beberapa waktu," ungkap Gorman.

Kedua pesawat ruang angkasa ini bukan pesawat yang ringan. IRAS memiliki massa peluncuran 1.083 kilogram dan menempati ruang 3,6x3,24x2,05 meter.

Sedangkan pesawat ruang angkasa GGSE-4 jauh lebih kecil, hanya 4,5 kilogram, merupakan percobaan dalam stabilisasi gravitasi gradien.

Menurut Gorman, jika kedua pesawat ruang angkasa bertabrakan, maka yang lebih kecil akan dilenyapkan, sehingga menghasilkan awan puing-puing baru.

Namun, besar kemungkinan salah satunya akan tetap utuh, tetapi bukan tanpa kerusakan.

Peneliti meyakinkan, tabrakan kedua satelit ini tidak akan membahayakan bagi Bumi. Sebab, setiap puing-puing yang mengorbit akan terbakar dan tidak akan berbahaya saat akan kembali ke Indonesia.

Hal yang dikhawatirkan, yakni seperti saat India menembakkan satelit yang mengorbit rendah tahun lalu.

"Mereka akan bertabrakan pada kecepatan yang sangat tinggi. Dan masing-masing fragmen itu menjadi potongan puing ruang dengan sendirinya." imbuhnya.

Baca juga: Satelit NASA Tangkap Citra Makam Misterius di Jepang, Begini Rupanya

Kendati tabrakan kedua satelit ini belum terjadi, namun semakin banyak satelit yang mencapai akhir hidupnya dan dinonaktikan, maka akan ada masalah lain yang ditimbulkan.

Tak dipungkiri semakin banyak satelit yang dikirim ke dalam orbit rendah Bumi, potensi tabrakan benar-benar akan menjadi masalah.

Berita baiknya, adalah upaya yang sedang dilakukan untuk mulai membersihkan sampah yang ditinggalkan di luar angkasa.

"Kekhawatirannya, jika kita tidak mencari cara untuk menghilangkan puing-puing dalam dekade berikutnya. Itu artinya kita akan lebih sulit meluncurkan satelit dan melakukan operasi luar angkasa," jelas Gorman.

LeoLabs akan terus memantau kedua satelit ini. Selain itu, akan memperbarui informasi seiring dengan perkembangan situasi.

Baca juga: Kepala NASA: Rudal Anti-Satelit India Bahayakan ISS dan Astronot

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau