KOMPAS.com - Virus corona menjadi salah satu bahasan yang ramai dikupas beberapa pekan belakangan.
Bagaimana tidak, virus corona jenis baru yang memiliki nama resmi Novel Coronavirus atau 2019-nCoV itu mulai mewabah dari Wuhan, China sejak Desember 2019 dan dengan cepat meluas ke negara-negara tetangga, termasuk AS dan Eropa.
Hingga Minggu (26/1/2020) tercatat ada lebih dari 2.000 orang di 13 negara yang dinyatakan positif terinfeksi 2019-nCoV.
Namun ditekankan kembali, ini adalah virus corona jenis baru. Bukan virus corona pertama yang ditemukan.
Baca juga: Pasien RSPI Sulianti Saroso Negatif Virus Corona, tapi Mengidap ISPA
Dilansir Medical News Today, virus corona adalah jenis jenis virus yang biasanya memengaruhi saluran pernapasan mamalia, termasuk manusia.
Virus corona umumnya berhubungan dengan flu, pilek, pneumonia, sindrom pernapasan akut yang parah (SARS), juga dapat memengaruhi usus.
Virus corona pertama kali diisolasi pada 1937 dari virus bronkitis yang menginfeksi unggas. Saat itu, virus tersebut sampai menurunkan populasi unggas.
Virus corona kemudian diketahui bertanggung jawab atas 15 sampai 30 persen flu biasa.
Selama 70 tahun terakhir, para ilmuwan telah menemukan bahwa virus corona dapat menginfeksi tikus, anjing, kucing, kalkun, kuda, babi, dan ternak.
Dua penyakit yang diakibatkan oleh virus corona dan paling membahayakan selain 2019-nCoV adalah SARS dan MERS. Kedua penyakit tersebut juga dapat menginfeksi manusia.
Dalam artikel kali ini, kita akan fokus membahas gejala dan cara penularan 2019-nCoV, SARS, dan MERS.
1. SARS
Sindrom pernapasan akut berat (SARS) adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus corona SARS-CoV. Ini adalah bentuk penyakit pneumonia yang mengancam jiwa.
SARS pertama kali muncul di Provinsi Guangdong, China Selatan pada November 2002, hingga akhirnya mencapai Hong Kong.
Dari Hong Kong, virus menyebar dengan cepat ke seluruh dunia dan menginfeksi sejumlah orang yang tinggal di 37 negara.
SARS-CoV tergolong unik. Virus ini dapat menginfeksi saluran pernapasan bagian atas dan bawah, juga menyebabkan gastroenteritis.
Gastroenteritis adalah infeksi yang terjadi pada usus atau perut yang disebabkan oleh beberapa jenis virus.
Gejala-gejala SARS berkembang dalam seminggu dan dimulai dnegan demam.
Pada kondisi awal gejala, orang yang terinfeksi virus akan mengembangkan gejala mirip flu, termasuk:
SARS dapat memicu munculnya pneumonia, infeksi paru-paru parah. Pada stadium lanjut, SARS menyebabkan fungsi paru-paru, jantung, dan hati terganggu.
Selama epidemi terjadi, terdapat 8.098 kasus SARS yang dikonfirmasi dan mengakibatkan 774 kematian. Setidaknya angka kematian dari wabah ini adalah 9,6 persen.
Virus SARS lebih depat menginfeksi orang lansia karena kekebalan tubuh yang semakin berkurang.
Hal ini terbukti dengan setengah dari semua orang yang terinfeksi berusia di atas 65 tahun.
SARS akhirnya dapat dikendalikan pada Juli 2003.
2. MERS
MERS disebabkan oleh virus corona MERS-CoV, yang pertama kali diketahui pada 2012.
Penyakit pernapasan akut ini pertama kali muncul di Arab Saudi dan sejak itu menyebar ke negara lain, termasuk AS.
Wabah MERS terbesar di luar Semenanjung Arab terjadi di Korea Selatan pada 2015.
Mirip dengan SARS, gejala MERS antara lain demam, sesak napas, dan batuk.
Penyakit ini menyebar melalui kontak dekat dengan orang-orang yang telah terinfeksi.
Namun, semua kasus MERS berhubungan dengan warga yang baru saja melakukan perjalanan dari Semenanjung Arab.
MERS berakibat fatal terhadap 30 sampai 40 persen orang yang terinfeksi.
3. Virus Corona Wuhan 2019-nCoV
Ini adalah jenis terbaru virus Corona yang baru saja diidentifikasi. Banyak orang menyebutnya pneumonia Wuhan karena pertama kali muncul di Wuhan, China pada Desember 2019 lalu.
Virus ini memiliki nama resmi Novel Coronavirus atau 2019-nCoV. Hingga saat ini sudah menginfeksi lebih dari 2.000 orang di 13 negara, termasuk AS dan Perancis.
Dalam studi terbaru yang dilakukan pakar China, 2019-nCoV 70 persen mirip dengan SARS dan 40 persen mirip dengan MERS.
Hasil analisis menunjukkan, virus corona ini adalah kelompok Betacoronavirus yang terdiri dari virus RNA beruntai tunggal. Virus ini dapat menginfeksi hewan liar, hewan ternak, hingga manusia.
Meski demikian, para ahli belum menemukan gejala yang jelas dari penyakit ini.
Namun, Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) AS mengungkap bahwa sebagian besar kasus yang terkait dengan virus corona Wuhan berhubungan dengan usai melakukan perjalanan dari Wuhan, China.
Gejala umum yang ditemukan adalah demam dan muncul gejala penyakit pernapasan seperti batuk dan sesak napas setelah melakukan perjalanan dari Wuhan atau melakukan "kontak dekat" selama dua minggu terakhir dengan orang yang positif tertular virus corona Wuhan.
"Kontak dekat" yang dimaksud CDC adalah berada di jarak sekitar 1,8 meter, berada di dalam ruangan atau area perawatan yang sama dengan orang dengan virus corona dalam jangka waktu lama dan tidak menggunakan pakaian pelindung yang sesuai.
"Kontak dekat" juga dapat didefinisikan memiliki kontak langsung dengan sekresi infeksius dari seseorang dengan virus tanpa pakaian pelindung.
CDC mengatakan, kontak dekat mencakup merawat, tinggal bersama, menjenguk, dan berbagi ruangan dengan orang yang terkena virus corona.
"Jika Anda baru saja melakukan perjalanan ke wuhan baru-baru ini dan merasakan gejala di atas, Anda harus segera mencari perawatan medis. Beri tahu dokter tentang perjalanan dan gejala Anda. Hindari dulu kontak dengan orang lain," kata CDC dilansir Science Alert.
Baca juga: Studi Ungkap Bagaimana Virus Corona Wuhan Menginfeksi Manusia
Virus corona seperti 2019-nCoV sangat berbahaya bagi orang dengan sistem kekebalan tubuh yang lemah, seperti anak kecil dan orang lanjut usia (lansia).
Karena jenisnya yang masih baru, hingga saat ini tidak ada vaksin untuk melindungi orang tertular virus corona.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.