Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dapatkah Gaya Hidup Minimalis Bantu Selamatkan Bumi?

Kompas.com - 13/01/2020, 08:16 WIB
Shierine Wangsa Wibawa

Editor

KOMPAS.com - Jika semua orang di dunia ini hidup dengan cara yang sama seperti orang Jerman pada umumnya, kita akan membutuhkan nyaris tiga buah planet bumi. Namun jika bergaya hidup seperti orang Amerika, kita pun jadi butuh lima bumi untuk bisa hidup. Demikian menurut perhitungan Global Footprint Network.

Bagaimana jika orang mulai memilih hidup dengan memiliki lebih sedikit barang - dengan demikian juga berarti lebih sedikit bersikap konsumtif. Apakah cukup kita hidup dengan hanya satu bumi?

Di rumahnya, blogger dan podcaster gaya hidup minimalis Elisa Stangl tidak punya sofa atau bahkan tempat tidur. Dia, suaminya, dan anak perempuan mereka yang berusia 2 tahun tidur di atas tikar tatami Jepang di apartemen kecil mereka di daerah Jerman selatan. "Kami tidak punya banyak barang," katanya kepada DW.

Stangl mengadopsi gaya hidup minimalis sewaktu masih mahasiswa. Saat itu alasannya lebih terkait masalah keuangan daripada lingkungan. Namun setelah lulus dan berkeliling dunia, Stangl semakin yakin bahwa dirinya lebih baik hidup dengan hanya sedikit barang.

Baca juga: Peringatan untuk Kita, Ahli Sebut Banjir dan Perubahan Iklim Berkaitan

Sekarang, Stangl mengatakan motivasi utamanya adalah hidup dengan penuh kesadaran. Dengan punya lebih sedikit barang, berarti dia dan keluarganya bisa fokus pada hal yang penting. Mereka juga butuh lebih sedikit uang, dan karena itu bisa memiliki lebih banyak waktu untuk melakukan hobi seperti berjalan kaki dan menjelajahi alam.

Stangl juga percaya bahwa gaya hidup minimalis adalah salah satu cara ia bertanggung jawab terhadap lingkungan.

"Menjalani kehidupan yang penuh kesadaran tidak hanya terkait masalah individu," katanya. "Jika Anda tahu cara hidup dengan penuh kesadaran, maka Anda tahu bahwa Anda harus menghormati alam, karena Anda hidup dengan alam yang telah memberi sesuatu, maka Anda harus juga memberikan sesuatu (kepada alam)."

Hidup minimalis demi kepuasan pribadi

Dipopulerkan oleh ahli berbenah asal Jepang, Marie Kondo, beberapa tahun belakangan telah muncul gaya hidup minimalis yang bekaitan dengan ide untuk membuat hidup jadi lebih bermakna.

Namun sejumlah besar blog, vlog dan podcast yang mengusung gaya hidup minimalis lebih menitikberatkan pada keuntungan pribadi daripada keuntungan gaya hidup ini bagi lingkungan.

Hal ini tercermin dalam penelitian oleh Duke University di Amerika Serikat (AS). "Biasanya, orang mengadopsi minimalis untuk kepentingan kesejahteraan psikologis mereka sendiri - untuk mengurangi stres dan menumbuhkan kejernihan mental, misalnya," kata ketua peneliti studi tersebut, Aimee Chabot, kepada DW.

Namun seiring waktu, motivasi para individu dalam mempraktikkan cara hidup minimalis lebih meluas dan merambah kepada hal di luar diri mereka seperti masalah lingkungan atau etika.

Baca juga: Krisis Iklim Bikin Serangga Penyerbuk di Ekosistem Indonesia Terancam

Sejauh ini Chabot dan timnya telah melakukan survei terhadap lebih dari 800 orang, kebanyakan dari mereka tinggal di AS.

"Hanya sekitar 10 persen dari responden mengatakan bahwa mengurangi dampak lingkungan adalah motivasi utama mereka untuk mempraktikkan gaya hidup minimalis. Namun sekitar 70 persen responden mengatakan dampak lingkungan juga menjadi salah satu alasan mereka melakukannya," katanya.

Konsumsi yang tidak berkelanjutan

Sebuah studi tahun 2015 menemukan bahwa lebih dari 60 persen emisi gas rumah kaca global disebabkan oleh konsumsi rumah tangga. Ini utamanya akibat kegiatan transportasi dan produksi makanan, juga produk-produk lain yang menghasilkan emisi karbon dalam proses produksinya.

Konsumsi rumah tangga tentu saja lebih tinggi jumlahnya di negara-negara kaya. Ketika ekonomi di seluruh dunia berkembang, konsumsi juga bertumbuh. Semakin banyak orang yang memiliki uang untuk dibelanjakan, semakin banyak barang yang mereka beli.

Halaman:


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Terpopuler

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau