Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ilmuwan Pakaikan Sotong Kacamata 3D, Buat Apa?

Kompas.com - 09/01/2020, 18:05 WIB
Holy Kartika Nurwigati Sumartiningtyas

Penulis

KOMPAS.com - Banyak cara dilakukan para ilmuwan dan peneliti untuk bisa menemukan cara bertahan hidup satwa.

Seperti cara unik para ilmuwan yang memakaikan kacamata tiga dimensi (3D) pada seekor cuttlefish atau cumi-cumi.

Dilansir dari The Guardian, para peneliti di Universitas Minnesota mencoba melakukan studi tersebut dengan memakaikan kacamata 3D pada cumi-cumi atau sotong.

Studi ini dilakukan untuk mengetahui apakah moluska laut tersebut menggunakan stereopsis untuk menemukan mangsanya.

Baca juga: Nelayan di Filipina Tangkap Seekor Cumi-cumi Raksasa

Peneliti ingin melihat bagaimana cara ikan tersebut meluncurkan serangan yang eksplosif dengan tentakelnya.

Dr. Trevor Wardill, ketua tim peneliti tersebut mengatakan kompleksitas penglihatan cumi-cumi, dianggap tidak mungkin bisa melihat hewan dalam jarak yang sama dengan manusia.

Penelitian tersebut dilakukan untuk membuktikan, apakah sotong menggunakan stereopsis atau tidak dalam menemukan mangsa.

"Banyak yang mengatakan cara ini (kacamata 3D) akan berhasil," ujar Wardill.

Akan tetapi, tidak mudah untuk bisa mengikat kacamata tersebut ke sotong. Karena hewan laut ini sangat peka dan kacamata tersebut akan lepas.

"Orang-orang bilang, cumi-cumi akan melepaskan kacamata ini, akan ada tinta di dalam tangki," sambung dia.

Dalam percobaan di Marine Biological Laboratory di Woods Hole, Massachusetts, Wardill dan timnya menemukan titik terang.

Para peneliti menyimpulkan perlakuan yang penuh kehati-hatian pada biota laut ini sangat diperlukan.

"Yang perlu diingat ini cumi-cumi dan buat dia bahagia," jelas Wardill.

Tantangan yang dihadapi peneliti bukan hanya tentakel dari cumi-cumi. Ketika kacamata diikatkan pada moluska ini dapat terlepas karena gerakan air.

Cumi-cumi gunakan streopsis

Selama beberapa sesi pengujian, para ilmuwan mengatur peralatan agar cumi-cumi dapat melihat udang bergerak bersama.

Namun, dalam posisi sudut pandang yang sedikit berbeda. Teknik yang sama dengan memberikan film 3D sesuai kedalaman di habitat mereka.

Otak akan menggabungkan gambar menjadi satu dan menggunakan triangulasi untuk mengetahui seberapa dekat objek.

Para peneliti memvariasikan jarak antara gambar udang, membuat mereka tampak lebih dekat atau lebih jauh ke manusia.

Baca juga: Gigi Cumi-cumi Bisa Dijadikan Bioplastik hingga Pakaian Pintar

Hasilnya, cumi-cumi mencoba menyesuaikan jarak serangan mereka sebelum menerjang mangsa virtual.

"Jika gambar yang jauh, cumi-cumi berpikir udang itu sangat dekat, mereka mundur dan mencoba menembakkan tentakel tepat di depan target," jelas Wardill.

Studi yang dipublikasikan di Science Advances ini menyimpulkan cumi-cumi menggunakan stereopsis.

Kendati demikian, studi terhadap sotong atau cumi-cumi ini masih berlanjut untuk menunjukkan hewan harus menggunakan sirkuit saraf yang berbeda untuk melakukannya.

Baca juga: Bisa Melipat dan Memuntir Tentakel, Apakah Cumi-Cumi Ini Spesies Baru?

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Terpopuler

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau