Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ahli LIPI Sebut Banjir Jakarta Berasal dari Hilir, Bukan Hulu

Kompas.com - 09/01/2020, 07:08 WIB
Ellyvon Pranita,
Sri Anindiati Nursastri

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Hari pertama di tahun 2020, banjir kembali terjadi di DKI Jakarta dan sekitarnya. 

Peneliti Pusat Penelitian Limnologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), M Fakhrudin, mengungkapkan bahwa hujan ekstrem di hilir (Jakarta) merupakan faktor utama terjadinya banjir di Jakarta.

"Aliran sungai dari hulu (wilayah Bogor dan sekitarnya) meningkatkan besaran dan lamanya banjir," kata Fakhrudin dalam sebuah acara bertajuk "Banjir Ibu Kota: Potret Aspek Hidrologi dan Ekologi Manusia", Jakarta, Selasa (7/1/2019).

Sistem peringatan dini yang ada hanya bekerja berdasarkan water level (ambang batas air) pada sungai-sungai di hulu. Tetapi tanpa curah hujan, air di sungai tersebut belum terdeteksi.

Hal ini yang membuat siaga bencana banjir oleh masyarakat dianggap belum cukup untuk memberikan peringatan sedari awal.

Baca juga: Ahli LIPI: Banjir Jakarta Bukan Kejadian Rutin, tapi Risiko Bencana

Tidak hanya intensitas curah hujan ekstrem yang disoroti oleh Fakhrudin. Ruang resapan air di Jakarta dan sekitarnya juga dianggap kurang.

Adapun, perubahan lahan yang berlangsung cepat menyebabkan kemampuan daya resap Daerah Aliran Sungai (DAS) di Jabodetabek terhadap air menjadi menurun.

Hal ini menyebabkan proporsi jumlah air hujan yang dikonversi langsung menjadi aliran permukaan atau direct run-off akan cenderung meningkat.

"Sistem drainase air hujan lokal perlu disesuaikan dengan besaran hujan ekstrem awal tahun 2020 atau dampak perubahan iklim ke depan, dan diintegrasikan dengan sungai-sungai utama," ujarnya.

Warga menggunakan sepeda motor berupaya menerobos banjir di Jalan Perintis Kemerdekaan, Pedongkelan, Jakarta, Senin (9/2/2015). Curah hujan yang tinggi mengakibatkan sejumlah tempat di ibu kota terendam banjir.KOMPAS.com / FIKRIA HIDAYAT Warga menggunakan sepeda motor berupaya menerobos banjir di Jalan Perintis Kemerdekaan, Pedongkelan, Jakarta, Senin (9/2/2015). Curah hujan yang tinggi mengakibatkan sejumlah tempat di ibu kota terendam banjir.

Selain itu, perlu adanya peningkatan jumlah dan distribusi peralatan monitoring real time water level baik terhadap ambang batas air di sungai maupun air laut, serta curah hujan.

"Dan data (itu) yang dapat diakses oleh publik," kata dia.

Oleh sebab itu, dalam upaya mengurangi banjir tersebut, kata Fakhrudin, setidaknya perlu dilakukan beberapa hal berikut.

1. Gerakan pembangunan sumur resapan. Terutama di wilayah tengah hulu, sedangkan wilayah hilir dengan kolam retensi.

2. Restorasi danau-daau yang menekankan aspek ekologis.

3. Pengendalian konversi fungsi lahan.

4. Pengendalian banjir, terutama dengan pendekatan sipil perlu lebih memperhatikan aspek presisi.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Terpopuler

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau