KOMPAS.com – Indonesia tengah dilanda bencana. Beberapa wilayah termasuk Jabodetabek baru saja pulih dari banjir besar. Namun tak hanya Indonesia, negara tetangga Australia juga tengah dilanda bencana.
Gurun, daratan kering, dan cuaca ekstrem membuat Negeri Kanguru identik dengan kebakaran hutan. Namun, kebakaran hutan kali ini disebut-sebut lebih parah dari sebelumnya.
Kebakaran hutan awal 2020 ini bahkan disebut menjadi yang terburuk dalam sejarah Australia. Sampai saat ini, sekitar 15 orang tewas. Ratusan rumah hancur dan jutaan ekor lahan terbakar. New South Wales adalah provinsi yang paling terdampak kebakaran.
Baca juga: Jabodetabek Banjir, BMKG Sebut Ini Baru Permulaan Musim Hujan
Apakah bencana alam ini berkaitan dengan perubahan iklim dan pemanasan global?
Dr Ir Dodo Gunawan, DEA selaku Kepala Pusat Informasi Perubahan Iklim BMKG membenarkan hal tersebut.
“Iya betul, kondisi ekstrem di seluruh belahan bumi ini ada kaitannya dengan perubahan iklim. Kondisi yang kita hadapi saat ini sebagai dampak dari krisis iklim,” tutur Dodo kepada Kompas.com, Minggu (5/1/2020).
Apa yang dimaksud dengan krisis iklim? Dodo menyebutkan, krisis iklim terjadi apabila kita saat ini tidak bisa mencapai target kesepakatan Paris.
“Untuk mengurangi laju peningkatan emisi gas rumah kaca, yang menyebabkan suhu akan terus meningkat di atas 2 derajat,” tuturnya.
Padahal, lanjut Dodo, ambisi kesepakatan Paris untuk mengurangi laju kenaikan suhu di bawah 2 derajat. Bahkan lebih ambisius, yaitu di bawah 1,5 derajat.
“Dan itu harus dilaksanakan melalui NDC (Nationally Determined Contribution) masing-masing negara,” tambahnya.
Baca juga: Bencana Besar jika Suhu Bumi Naik 2 Derajat Celcius pada 2030
Lalu, apa yang harus kita lakukan terkait krisis iklim?
Krisis iklim yang kita alami sekarang berdampak pada kehidupan dan bencana. Menurut Dodo, menghadapi krisis iklim ini, kita harus mengatasi inti permasalahan penyebab perubahan iklim.
“Menghadapi kondisi variabilitas dan perubahan iklim yang sudah berubah dan akan terus berubah, kita harus beradaptasi,” ungkap Dodo.
Baca juga: Catatan Krisis Iklim dalam Satu Dekade Terakhir
Sementara itu, lanjutnya, untuk menghentikan atau mengurangi perubahan iklim harus dilakukan langkah-langkah mitigasi.
“Harus dilakukan mitigasi pengurangan emisi gas rumah kaca penyebab perubahan iklim,” tutupnya.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.