Sebanyak 1.385 lainnya menderita luka dan hampir 650 ribu orang mengungsi, selain kerugian material lainnya akibat bencana-bencana tersebut.
Baca juga: Kaleidoskop 2019: 5 Gempa yang Paling Merusak di Indonesia
Angin puting beliung, kekeringan, banjir, lonsor, gelombang tinggi, petir, hujan es, dan karhutla (kebakaran hutan dan lahan) merupakan bencana hidrometeoroli yang memiliki siklus sepanjang tahun mengintai Indonesia.
Oleh sebab itu, BMKG merokendasikan empat hal yang dapat dilakukan semua elemen terkait untuk dapat mengurangi dampak buruk atau sebagai bentuk antisipasi dari dampak bencana.
1. Meminimalisir dampak musim kemarau, maka perlu memaksimalkan kapasitas waduk, embung kolam retensi dan system folder untuk penyimpanan cadangan air.
Hal tersebut biasa dilakukan pada puncak musim hujan yang untuk tahun 2020 diprediksi terjadi pada bulan Februari - Maret dan pada musim peralihan musim dari musim hujan ke musim kemarau April - Mei.
2. Perlu pemanfaatan teknologi modifikasi cuaca lebih awal untuk meningkatkan kebasahan lantai lahan gambut dan mengisi waduk dengan memperhatikan informasi cuaca dan iklim yang dikeluarkan BMKG.
3. Waspada puncak musim hujan 2020 yang diprediksi terjadi pada bulan Februari dan Maret terutama di Jawa, Sulawesi Tenggara dan Papua yang diprakirakan akan mendapat hujan bulanan dengan kategori tinggi sampai sangat tinggi.
4. Peningkatkan peran serta masyarakat di kawasan potensi kebakaran hutan lahan untuk mencegah terjadinya kebakaran hutan dan lahan terutama pada musim kemarau bulan Juni, Juli dan Agustus.
Hal tersebut perlu ditingkatkan melalui edukasi bersama para pihak yang berkepentingan pada pengendalian kebakaran hutan dan lahan.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.