Eskalasi masalah hipertensi pada anak dan remaja di Indonesia, ditunjang dengan data yang menunjukkan tingginya perilaku berisiko hipertensi pada kelompok umur ini, sebagai berikut.
Prevalensi anak usia 10-18 tahun yang merokok sebesar 9,1 persen dengan rerata 8,65 batang rokok perhari, 0,3 - 3,7 persen mengkonsumsi minuman beralkohol, dan 49-64 persen mempunyai aktivitas fisis yang kurang.
Sementara itu sebagian besar penduduk berusia di atas lima tahun mengkonsumsi buah atau sayur yang kurang, 26-30 persen mengkonsumsi makanan tinggi garam dan 11-75 persen mengkonsumsi makanan mengandung bumbu penyedap.
Ditambah lagi dengan data yang menunjukkan obesitas pada 9,2 persen anak berusia 5-12 tahun, 4,8 persen anak usia 13-15 tahun, dan 4 persen remaja usia 16-18 tahun.
"Prematuritas dan bayi berat lahir rendah juga merupakan faktor risiko hipertensi dan penyakit kardiovaskular pada anak," kata dia.
Untuk mengidentifikasi faktor risiko hipertensi pada anak dan remaja, kata Pudji, diperlukan program terintegrasi dalam rangka pendidikan dan promosi kesehatan di tingkat sekolah melalui Usaha Kesehatan Sekolah.
Program terintegrasi berbasis masyarakat dan keluarga dengan program posyandu bagi remaja juga diperlukan untuk mengidentifikasi perilaku berisiko hipertensi dan skrining hipertensi pada remaja.
Demikian pula perlu dimulai program promotif dan preventif di fasilitas kesehatan primer seperti puskesmas untuk mengukur tekanan darah secara rutin pada anak mulai usia tiga tahun.
Tanpa program yang nyata, komprehensif, dan berkesinambungan dalam mengidentifikasi dan mengintervensi faktor risiko hipertensi pada anak dan remaja, maka dalam waktu tidak lama lagi masalah penyakit kardiovaskular akan menjadi masalah utama di Indonesia.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.