Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Belajar dari Desa Ngadas, Kesuksesan Tak Melulu tentang Diri Sendiri

Kompas.com - 13/12/2019, 11:29 WIB
Ellyvon Pranita,
Gloria Setyvani Putri

Tim Redaksi

"Kenapa sih kak sukses itu harus sendiri-sendiri? Ya enggak bisa lah. Sukses itu bersama-sama. Kata mereka saat itu, dan aku malu," ujar Rara mengenang percakapan kala itu.

Dituturkan Rara, sukses bagi anak muda Ngadas bukan soal akumulasi modal ekonomi.

Akan tetapi soal rasa kepemilikan atas ruang, kebersamaan, dan berelasi secara timbal-balik dengan menjadi relasi sosial yang bermakna. Masyarakat setempat menyebutnya guyub rukun.

Tentang apa yang dipraktikkan oleh masyarakat di desa Ngadas, ini tertuang dalam Bourdieu's Theory of Practice.

Teori itu mengatakan, segala pilihan dan keputusan yang dibuat bukanlah hasil ruang kosong ataupun individu, melainkan berdasarkan lingkungan sebagai bentuk sosial.

Dilanjutkan oleh Ben, bahwa dari hasil penelitian tersebut, ternyata pandangan akan kesuksesan yang telah terbentuk juga menghasilkan pemahaman akan cara hidup yang serupa.

Untuk itulah, kata Ben, sebaiknya kita tidak mengkotak-kotakan ataupun menggambarkan narasi kesuksesan seseorang ataupun sekelompok hanya karena data statistik. Misalnya seperti desa Ngadas yang digolongkan sebagai daerah miskin.

Melainkan, hal yang perlu disadari adalah bahwa tidak semua kelompok seperti masyarakat Ngadas menganggap mereka tidak sukses hanya karena pendidikan berhenti di SMP, tingkat urbanisasi yang rendah, ataupun tingkatan akumulasi ekonomi yang lebih rendah daripada daerah lainnya.

Baca juga: Pemberian Hak Konsesi Masyarakat Adat dari Jokowi Faktanya Berbeda

"Makanya pengambil kebijakan itu seharusnya tidak bertindak atas dasar data statistik saja, melainkan juga pertimbangkan landasan adat dan budaya yang dipahami oleh daerah tersebut," kata Ben.

Ben berpendapat, kesuksesan negara tidak diukur dengan pembangunan gedung, urbanisasi, dan kapitalisasi yang merata.

Lebih dari pada itu, terpenting adalah kesejahteraan dalam menjalankan kompleksitas relasi masyarakat yang beragam.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com