Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
The Conversation
Wartawan dan akademisi

Platform kolaborasi antara wartawan dan akademisi dalam menyebarluaskan analisis dan riset kepada khalayak luas.

Benarkah Meteorit Raksasa Tabrak Bumi 12.000 Tahun Lalu?

Kompas.com - 13/12/2019, 08:30 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Oleh Francis Thackeray


KURANG dari 13.000 tahun lalu, iklim mendingin untuk sementara waktu di berbagai belahan dunia, terutama di belahan bumi utara. Ini diketahui lewat penemuan di inti es yang dibor di Greenland serta dari lautan di seluruh dunia.

Butir-butir serbuk sari dari berbagai tanaman juga dapat memberi tahu kita mengenai periode yang lebih dingin ini.

Periode ini, yang oleh orang-orang yang mempelajari prasejarah iklim disebut Younger Dryas (Dryas Lebih Muda, menghentikan tren pemanasan setelah Zaman Es terakhir. Istilah ini didapatkan dari nama bunga liar, Dryas octopetala. Bunga ini tahan kondisi dingin dan hidup umumnya di Eropa 12.800 tahun lalu.

Pada sekitar waktu tersebut sejumlah hewan mengalami kepunahan. Ini termasuk gajah gede purba mamut di Eropa, bison besar di Amerika Utara, dan kungkang raksasa di Amerika Selatan.

Penyebab peristiwa pendinginan ini telah banyak diperdebatkan. Satu kemungkinan, misalnya, peristiwa ini berhubungan dengan perubahan sistem sirkulasi lautan.

Pada 2007, Richard Firestone dan ilmuwan Amerika lainnya mengajukan hipotesis baru: bahwa penyebab peristiwa ini merupakan dampak kosmik seperti asteroid atau komet.

Dampaknya bisa memicu banyak debu di udara yang mungkin telah mengurangi jumlah cahaya matahari yang dapat menembus atmosfer bumi. Hal ini mungkin juga mempengaruhi pertumbuhan tanaman dan hewan dalam rantai makanan.

Penelitian yang baru kami pubikasikan memperlihatkan contoh baru dari hipotesis dampak Younger Dryas ini. Kami fokus pada apa yang bisa disampaikan platinum kepada kami tentang hal itu.

Peran platinum

Platinum diketahui terkonsentrasi di meteorit (batu besar meteor yang sampai ke Bumi), jadi ketika banyak platinum ditemukan di satu tempat pada waktu yang bersamaan, ini bisa menjadi pertanda dampak kosmik.

Lonjakan platinum ditemukan pada inti es di Greenland sebagaimana juga ditemukan di berbagai wilayah yang jauh seperti Eropa, Asia bagian barat, Amerika utara, dan bahkan Patagonia di Amerika Latin. Lonjakan platinum dari berbagai wilayah tersebut semuanya menunjukkan tanggal periode yang sama.

Author supplied Lonjakan platinum dan grafik suhu.

Hingga sekarang, belum ada bukti seperti itu dari Afrika. Namun, bersama dengan dua kolega saya, yakni Profesor Louis Scott (University of the Free State) dan Philip Pieterse (University of Johannesburg), saya percaya adanya bukti seperti ini dari provinsi Limpopo, Afrika Selatan, yang mendukung Hipotesis Dampak Younger Dryas yang kontroversial.

Informasi baru telah didapatkan dari Wonderkrater, sebuah situs arkeologi berdeposit gambut pada musim semi yang terletak di luar kota kecil di utara Pretoria.

Dalam sampel gambut, kami telah mengidentifikasi lonjakan platinum yang setidaknya berpotensi memiliki keterkaitan dengan debu hasil dampak meteorit yang terjadi di suatu tempat di bumi 12.800 tahun lalu.

Halaman:


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau