Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
The Conversation
Wartawan dan akademisi

Platform kolaborasi antara wartawan dan akademisi dalam menyebarluaskan analisis dan riset kepada khalayak luas.

Benarkah Meteorit Raksasa Tabrak Bumi 12.000 Tahun Lalu?

Kompas.com - 13/12/2019, 08:30 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Lonjakan platinum di Wonderkrater sangat berbeda dengan konsentrasi elemen ini yang hampir selalu rendah (mendekati nilai nol) di tingkat yang berdekatan. Menyusul lonjakan platinum tersebut, butir-butir serbuk sari juga mengindikasikan penurunan suhu. Penemuan ini sepenuhnya konsisten dengan Hipotesis Dampak Younger Dryas.

Wonderkrater menjadi situs pertama di Afrika yang menunjukkan adanya lonjakan plantium Younger Dryas, melengkapi bukti bahwa lonjakan platinum juga terdeteksi di belahan bumi selatan sebagaimana sebelumnya ditemukan di Chili selatan meski sebagian besar bukti lonjakan platinum terdeteksi di belahan bumi utara, yakni sebanyak 28 situs.

Kami sekarang mengajukan pertanyaan yang perlu ditanggapi dengan serius: apakah debu yang kaya platinum ini berkaitan dengan dampak meteorit yang sangat besar dan berkontribusi pada perubahan iklim dan kepunahan?

Sebuah kawah meteorit di Greenland

Baru-baru ini sebuah kawah meteroit besar dengan diameter 31 kilometer ditemukan di Greenland utara, di bawah es gletser Hiawatha. Belum dapat dipastikan bahwa kawah tersebut berkaitan dengan periode Younger Dryas, namun bagian tepi kawah segar dan tidak ditemukannya es berumur yang lebih tua dari 12.800 tahun.

Tampaknya mungkin (meski belum pasti) kawah ini berkaitan dengan meteorit yang dihipotesiskan menghantam bumi pada masa Younger Dryas dan memberikan konsekuensi global.

Efek dari dampak meteorit berpotensi berkontribusi pada kepunahan di berbagai wilayah di dunia. Tidak ada keraguan bahwa lonjakan platium di Amerika Utara bertepatan dengan kepunahan hewan dalam skala besar sekitar 12.800 tahun lalu.

Kepunahan di Afrika

Dalam konteks Afrika Selatan, tim kami menyarankan bahwa debu kosmik yang kaya akan platinum dan dampak lingkungan terkait mungkin telah berkontribusi pada kepunahan hewan besar yang memakan rumput.

Hal ini telah didokumentasikan di tempat-tempat seperti Boomplas dekat Gua Kongi di selatan Cape, Afrika Selatan, yang telah dilakukan penggalian penting di sana.

Setidaknya tiga spesies punah di anak benua Afrika. Ini termasuk kerbau raksasa (Syncerus antiquus), zebra besar (Equus capensis), dan rusa kutub besar (Megalotragus priscus). Masing-masing hewan ini setidaknya memiliki berat sekitar 500 kilogram lebih berat dari hewan modern jenisnya.

Mungkin ada lebih dari satu penyebab kepunahan ini. Perburuan oleh manusia dapat menjadi salah satu faktornya. Kehidupan kerbau, zebra, dan rusa kutub besar sebenarnya telah dipengaruhi oleh perubahan habitat pada akhir Zaman Es yang terjadi paling dingin sekitar 18.000 tahun lalu.

Bagaimana dengan populasi manusia? Dampak kosmik secara tidak langsung dapat mempengaruhi manusia sebagai akibat dari perubahan iklim yang secara tiba-tiba ini, seperti perubahan lingkungan lokal dan ketersediaan sumber makanan. Alat-alat batu yang ditemukan tentu berhubungan dengan identitas budaya manusia yang hidup pada masa lalu.

Sekitar 12.800 tahun lalu, setidaknya di beberapa bagian Afrika Selatan, terdapat bukti penghentian teknologi “Robberg”, yang tampaknya berlangsung tiba-tiba, ditandai dengan ditemukannya alat-alat batu misalnya di Gua Boomplas.

Secara kebetulan, situs arkeologi Amerika Utara juga menunjukkan akhir penggunaan teknologi alat-alat batu yang disebut Clovis.

Tapi terlalu dini untuk mengatakan bahwa kebudayaan-kebudayaan ini terkait dengan faktor penyebab yang sama.

Author supplied Peta yang menunjukkan lonjakan platinum.

Halaman:


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com