Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 09/12/2019, 13:07 WIB
Ellyvon Pranita,
Gloria Setyvani Putri

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Indonesia telah memberikan sumbangsih terbesar terhadap upaya eliminasi virus hepatitis. Ditargetkan Indonesia mampu mengeliminasi seluruh virus Hepatitis B dan C pada 2030.

Hal ini disampaikan oleh Prof Dr dr Rino Alvani Gani, SpPD-KGEH dalam pengukuhannya sebagai Guru Besar Universitas Indonesia, Sabtu (7/12/2019).

Berdasar data, Indonesia dinyatakan sebagai negara yang memberikan sumbangsih endemisitas hepatitis B sedang hingga tinggi di dunia.

Baca juga: Wabah Hepatitis A di Depok, Bisakah Berubah Jadi Hepatitis B?

Sumbangsih Indonesia untuk dunia

Rino menjelaskan, sejak 1970 Indonesia berkontribusi kepada dunia dalam mempelajari virus hepatitis B dan C melalui berbagai penelitian.

"Namun, sumbangsih terbesar negara Indonesia terhadap upaya eliminasi virus hepatitis adalah saat Indonesia bersama dengan Brazil dan Kolombia, mensponsori terbentuknya resolusi hepatitis yang kemudian diadopsi oleh World Health Assembly ke-63 pada tahun 2010," jelasnya.

Resolusi tersebut, kata dia, menyerukan pendekatan komprehensif terhadap pencegahan dan pengendalian virus hepatitis dan sekaligus menetapkan tanggal 28 Juli sebagai Hari Hepatitis Sedunia.

"Penetapan Hari Hepatitis Sedunia tersebut, sekaligus mendorong kesadaran komunitas internasional akan pentingnya virus hepatitis sebagai masalah kesehatan masyarakat dunia," ujarnya.

Sejak saat itu, upaya-upaya pencegahan dan pengendalian virus hepatitis terus bergulir hingga di tahun 2016 Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengadopsi strategi kesehatan global pertama tentang virus hepatitis dengan target utama mengeliminasi virus hepatitis B dan C sebagai ancaman kesehatan masyarakat pada tahun 2030.

Tindakan dunia terhadap hepatitis

Sejak saat itu perhatian dunia terhadap hepatitis berubah dan menggerakkan aktivitas untuk edukasi, penapisan, diagnosis, dan terapi hepatitis terutama hepatitis B dan C.

Saat ini puluhan juta orang di dunia sedang dalam pengobatan hepatitis, ratusan juta orang di dunia sedang dalam penapisan serta edukasi untuk hepatitis.

Walaupun demikian, kata dia, tentu masih banyak rintangan yang harus di hadapi dan diselesaikan agar eliminasi hepatitis di tahun 2030 dapat terwujud.

"Hal ini serta merta menurunkan harga test laboratorium untuk hepatitis dan juga biaya pengobatan hepatitis di seluruh dunia, sehingga yang tadinya eliminasi hepatitis dianggap mustahil kini berubah menjadi optimisme besar untuk dapat mengeliminasi hepatitis B dan C di tahun 2030," kata dia.

Gerakan ini disambut tidak hanya oleh seluruh negara serta WHO, tetapi juga oleh lembaga-lembaga sosial masyarakat yang dengan antusias menyelengarakan program penanganan hepatitis dan pendanaan untuk penanggulangan hepatitis B dan C.

Gayung bersambut dengan disepakatinya gerakan eliminasi hepatitis oleh lembaga profesi kedokteran dunia yang menangani hepatitis yaitu Asia Pacific Association for Study of the Liver (APASL), American Association for Study of the Liver Disease (AASLD), European Association for Study of the Liver (EASL) dan The Latin American Association for the Study of the Liver (ALEH).

Pernyataan bersama ke empat organisasi dunia yang menangani penyakit hati ini semakin memperkuat gerakan bersama dunia memerangi hepatitis.

Baca juga: Mengenal Hepatitis A yang Mewabah di Depok, dari Gejala sampai Pencegahan

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com