Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kesetrum Listrik dan Melibatkan Air, Bagaimana Bisa Menewaskan?

Kompas.com - 05/12/2019, 18:03 WIB
Gloria Setyvani Putri

Penulis

Sumber WebMD

KOMPAS.com - Seorang bocah dikabarkan meninggal dunia tersengat listrik di kawasan Rusun Penjaringan, Jakarta Utara, Kamis (5/12/2019).

Subandi - seorang saksi mata - mengatakan, anak tersebut tewas tak lama setelah tersetrum. Lokasi kejadian adalah genangan bekas air hujan yang letaknya dekat tiang listrik.

"Kejadiannya sekitar jam 12.00 WIB," kata Subandi kepada Kompas.com.

Diceritakan Subandi, saat korban mengambil bola di genangan air, dia langsung kesetrum aliran listrik dan tewas seketika.

Baca juga: Tewas Tersetrum, Bocah di Rusun Penjaringan Injak Genangan yang Rendam Kabel Listrik

Kematian yang disebabkan oleh tersetrum listrik dan melibatkan air cukup sering terjadi.

Dilansir WebMD, kematian karena tersetrum listrik dan melibatkan air lebih sering terjadi pada air tawar.

Menurut Asosiasi Pencegahan Sengatan Listrik, ketika terkena air tawar, tubuh menghantarkan listrik lebih baik dibanding air itu sendiri.

Seberapa besar efek tersetrum yang melibatkan perantara air sebenarnya tergantung pada tingkat arus listrik.

"Ada yang merasakan kesemutan, atau kehilangan kendari atas otot tubuh. Arus listrik juga dapat memicu irama jantung yang fatal," ungkap Donald Burke, PhD, asisten profesor teknik mesin dari Universitas Alabama di Birmingham.

Dalam beberapa kasus, kesetrum listrik membuat tubuh jadi sangat lemah, tidak bisa bergerak, dan bila terjadi di kolam renang bisa membuat tenggelam.

Baca juga: Misteri Tubuh Manusia: Kulit Punya Aliran Listrik yang Bikin Tersetrum

"Semua ini terjadi dengan sangat cepat," imbuh Burke.

Burke mengatakan, tak perlu banyak aliran listrik untuk membuat seseorang tenggelam.

Menurut asosiasi, sedikitnya seperlimapuluh arus dalam bola lampu 60 watt bisa berakibat fatal bagi perenang.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber WebMD
Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com