Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mitos atau Fakta: Antibiotik Digunakan saat Batuk, Diare dan Demam?

Kompas.com - 24/11/2019, 17:03 WIB
Ellyvon Pranita,
Sri Anindiati Nursastri

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Apakah Anda termasuk orang yang kerap menggunakan antibiotik apabila terkena flu, batuk, atau demam? 

Jika demikian, perlu Anda ketahui bahwa tindakan tersebut tidaklah tepat. Penggunaan antibiotik pada ketiga jenis penyakit tersebut justru dapat menjadi potensi adanya reaksi resistensi terhadap obat antimikroba (Antimicrobial Resistance/AMR).

Dokter anak Purnamawati Sujud SpA, mengatakan bahwa penggunaan antibiotik pada penyakit yang bukan disebabkan oleh bakteri, justru akan membuat terjadinya perubahan genetik di bakteri dalam tubuh.

Baca juga: Resisten Antimikroba Jadi Ancaman Terbesar Kesehatan Global

Hal itulah yang menimbulkan adanya gangguan berupa resistensi antimikroba. Saat Anda mengkonsumsi antibiotik pada penyakit yang memang disebabkan oleh bakteri, tidak semua bakteri jahat akan mati. Ia mengatakan sebagian dari bakteri akan lolos dan menyebabkan penyembuhan sulit dilakukan secara tepat dan cepat.

"Misalnya ya, kayak batuk dan diare tanpa darah, terus dikasih obat antibiotik sebenarnya itu salah atau tidak tepat karena penyebabnya bukan bakteri tapi virus. Kalau pakai antibiotik justru menyerang bakteri di tubuh, bukan virusnya tadi. Jadi bisa jadi tambah lemah tubuhnya atau obatnya susah tidak mempan," kata dr Wati, panggilan akrabnya, dalam acara Pekan Kesadaran Antibiotik Sedunia 2019 di Lampung, Kamis (21/11/2019).

Berikut beberapa fakta mengenai batuk, diare, dan demam yang perlu Anda ketahui.

Batuk

Batuk adalah sebuah gejala dan bukan penyakit. Batuk itu sendiri merupakan refleks untuk memberikan jalan nafas.

Pada umumnya, batuk disebabkan oleh virus. Maka dari itu tidak perlu antibiotik, karena antibotik ialah obat untuk penyakit atau gejala yang disebabkan oleh bakteri.

Baca juga: Kenapa Makan Gorengan Bisa Bikin Batuk? Begini Penjelasannya

Batuk justru membantu mengeluarkan sekret atau kotoran dalam saluran nafas. Jadi tidak perlu obat anti batuk seperti; dekstrometorfan, codein, obat pengencer dahak, atau obat batuk pilek.

Dahak itu sendiri adalah reaksi tubuh atas peradangan, serta pengencer dahak yang terbaik yaitu berupa cairan antara lain seperti ASI, air putih dan kuah sup.

IlustrasiDiy13/Thinkstock Ilustrasi

Diare

Diare juga dinyatakan bukanlah sebuah penyakit, melainkan hanya sebuah tanda. Diare dan muntah adalah upaya tubuh untuk mengeluarkan racun dan mengeluarkan virus atau kuman.

Oleh sebab itu, usahakan jangan berikan obat anti muntah atau obat untuk memampatkan diare tersebut.

Pemakaian obat-obatan, misalnya antibiotik, justru mengganggu keseimbangan bakteri di dalam usus. Penyebab diare itu sendiri adalah alergi bahan makanan tertentu seperti alergi susu atau intoleransi laktosa. Namun pada umumnya adalah karena infeksi virus, jadi dapat sembuh dengan sendirinya tanpa obat.

Namun, jika terlalu sering mengalami muntah dan diare, dianjurkan dokter untuk diberikan minum elektrolit atau oralit. Selain yang utama ialah perbanyak minum air putih.

Ilustrasi demamWavebreakmedia Ltd Ilustrasi demam

Demam

Demam juga ternyata bukanlah sebuah penyakit, tapi dinyatakan sebagai alarm untuk menunjukkan ada sesuatu yang terjadi di tubuh.

Penyebab utamanya adalah infeksi virus. Demam terjadi sebagai bentuk mekanisme pertahanan diri untuk menyingkirkan virus penyebab infeksi.

Pertahanan diri yang dimaksudkan ialah virus umumnya akan mati pada suhu tinggi serta berkembangbiak pada suhu rendah. Oleh karena itu, tingginya demam tidak berarti penyakit makin parah, meskipun batasan kategori demam yaitu jika suhu lebih 38,5 derajat celcius selama minimal 24 jam.

Baca juga: Seri Baru Jadi Orangtua: Bagaimana Jika Anak Demam?

Tujuan pemberian obat saat demam seharusnya bukan menormalkan suhu tubuh, melainkan untuk sedikit menurunkan suhu agar dapat merasa lebih nyaman. Himbauannya adalah jangan diberikan penurun panas bila demam tidak begitu tinggi, karena virus akan semakin subur di suhu yang rendah.

Sebaiknya dibawa ke dokter apabila, suhu lebih dari 38 derajat celcius dalam jangka waktu lama, mingguan atau bahkan bulanan. Tidak ada keinginan minum air atau mengalami dehidrasi, tubuh lemas dan hanya ingin tertidur terus, kejang, kaku kuduk leher, sesak nafas, dan gelisah, sakit kepala hebat, selain itu disertai juga muntah dan diare.

"Pokoknya jangan apa-apa gejala atau sakitnya langsung dikasih antibiotik, atau beli ke apotik langsung minta antibiotik, tanpa konsultasi dengan dokter terlebih dahulu. Ingat kalau sudah mengalami resistensi antibiotik ataupun antimikroba, maka penyakit itu sebenarnya akan sulit disembuhkan, mau berapa banyak minum (obat) juga bisa jadi gak sembuh-sembuh, balik lagi balik lagi (kambuh)," tuturnya.

Baca juga: Benarkah Berkeringat Tanda Demam Hampir Sembuh?

Antibiotik baik diberikan kepada Anda dengan gejala atau sakit yang disebabkan oleh bakteri. Jika Anda meragukan apa penyebab dari gejala yang Anda derita, maka berkonsultasilah dengan dokter agar dapat diberikan resep obat yang sesuai dengan kondisi gejala atau sakit yang Anda alami tersebut.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Terpopuler

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau