Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menelusuri Potensi Likuefaksi di Jakarta dari Riset LIPI, Ini Hasilnya

Kompas.com - 22/11/2019, 19:03 WIB
Gloria Setyvani Putri

Penulis

KOMPAS.com - Terkait pemberitaan Jakarta rentan terkena likuefaksi, para ahli LIPI mengharap ada pemaparan data lebih detail agar masyarakat tidak khawatir.

Likuefaksi merupakan fenomena meluluhnya massa tanah akibat guncangan gempa yang menyebabkan tanah kehilangan kekuatannya.

Untuk wialayah ibukota, benarkah Jakarta rentan terkena likuefaksi?

Baca juga: Jakarta Terindikasi Rentan Terkena Likuifaksi

Selama satu tahun terakhir, istilah likuefaksi mungkin tak asing di telinga masyarakat Indonesia.

Terlebih, pasca terjadi gempa Palu berkekuatan M 7,4, di wilayah Petobo muncul fenomena likuefaksi.

Namun perlu diketahui, likuefaksi tidak hanya seperti yang terjadi di Palu, di mana berupa aliran dan membuat amblasnya bangunan dan pohon

Adrin Tohari yang merupakan pakar lekuefaksi LIPI mengatakan, likuefaksi ada yang berupa retakan-retakan tanah dan membuat sedikit semburan pasir muncul hingga berupa penurunan muka tanah saja.

Terkait potensi likuefaksi di Jakarta, Adrin pernah melakukan penelitian di Jakarta Utara pada 2015 lalu.

Penelitian di Jakarta

Adrin meneliti potensi likuefaksi di kawasan Tongkol, Rawa Badak, Waduk Pluit, Ancol, dan PIK dengan menggunakan metode Cone Pentration Test dan shear wave velocity survey.

"Hasil penelitian saya (di kawasan) itu menunjukkan, ada potensi (likeufaksi). Tapi potensinya rendah," ungkap Adrin dihubungi Kompas.com, Jumat (22/11/2019).

Adrin menemukan, jika Jakarta Utara mengalami likuefaksi, yang terjadi adalah penurunan muka tanah tidak lebih dari lima sentimeter. Ini dapat dikatakan kerentanan likuefaksi yang rendah.

Lewat pengkajian hingga kedalaman 20 meter, Adrin menemukan lapisan tanah di kawasan Jakarta Utara umumnya tersusun oleh lapisan lempung yang cukup tebal, kemudian di bawahnya baru ditemukan sedikit lapisan pasir.

Inilah yang menyebabkan, kawasan Jakarta Utara tidak rentan terhadap likuefaksi.

"Jadi lapisan pasirnya tidak tebal, dan itu ada di bawah lapisan lempung yang cukup tebal. Jadi lapisan lempung inilah yang menyebabkan potensi likuefaksi tidak terjadi secara signifikan dan membuat penurunan tanahnya kecil," ungkapnya.

"Nah lapisan pasir itu yang merespons goncangan gempa yang bisa menyebabkan likuefaksi berupa penurunan tanah," imbuh dia.

Halaman:


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau