KOMPAS.com - Terkait pemberitaan Jakarta rentan terkena likuefaksi, para ahli LIPI mengharap ada pemaparan data lebih detail agar masyarakat tidak khawatir.
Likuefaksi merupakan fenomena meluluhnya massa tanah akibat guncangan gempa yang menyebabkan tanah kehilangan kekuatannya.
Untuk wialayah ibukota, benarkah Jakarta rentan terkena likuefaksi?
Baca juga: Jakarta Terindikasi Rentan Terkena Likuifaksi
Selama satu tahun terakhir, istilah likuefaksi mungkin tak asing di telinga masyarakat Indonesia.
Terlebih, pasca terjadi gempa Palu berkekuatan M 7,4, di wilayah Petobo muncul fenomena likuefaksi.
Namun perlu diketahui, likuefaksi tidak hanya seperti yang terjadi di Palu, di mana berupa aliran dan membuat amblasnya bangunan dan pohon
Adrin Tohari yang merupakan pakar lekuefaksi LIPI mengatakan, likuefaksi ada yang berupa retakan-retakan tanah dan membuat sedikit semburan pasir muncul hingga berupa penurunan muka tanah saja.
Terkait potensi likuefaksi di Jakarta, Adrin pernah melakukan penelitian di Jakarta Utara pada 2015 lalu.
Adrin meneliti potensi likuefaksi di kawasan Tongkol, Rawa Badak, Waduk Pluit, Ancol, dan PIK dengan menggunakan metode Cone Pentration Test dan shear wave velocity survey.
"Hasil penelitian saya (di kawasan) itu menunjukkan, ada potensi (likeufaksi). Tapi potensinya rendah," ungkap Adrin dihubungi Kompas.com, Jumat (22/11/2019).
Adrin menemukan, jika Jakarta Utara mengalami likuefaksi, yang terjadi adalah penurunan muka tanah tidak lebih dari lima sentimeter. Ini dapat dikatakan kerentanan likuefaksi yang rendah.
Lewat pengkajian hingga kedalaman 20 meter, Adrin menemukan lapisan tanah di kawasan Jakarta Utara umumnya tersusun oleh lapisan lempung yang cukup tebal, kemudian di bawahnya baru ditemukan sedikit lapisan pasir.
Inilah yang menyebabkan, kawasan Jakarta Utara tidak rentan terhadap likuefaksi.
"Jadi lapisan pasirnya tidak tebal, dan itu ada di bawah lapisan lempung yang cukup tebal. Jadi lapisan lempung inilah yang menyebabkan potensi likuefaksi tidak terjadi secara signifikan dan membuat penurunan tanahnya kecil," ungkapnya.
"Nah lapisan pasir itu yang merespons goncangan gempa yang bisa menyebabkan likuefaksi berupa penurunan tanah," imbuh dia.
Adrin mengatakan ada beberapa faktor risiko yang membuat suatu wilayah mengalami bencana likuefaksi. Berikut syaratnya:
1. Susunan tanah
Suatu daerah yang tersusun oleh lapisan pasir yang tidak padat atau pasir gembur berpeluang mengalami likuefaksi.
Namun, bila ada lapisan lempung atau lapisan tanah yang lebih padat di atas lapisan pasir, maka dampak likuefaksi di daerah tersebut tak terlalu signifikan.
2. Muka air tanah dangkal
Syarat kedua terjadinya likuefaksi adalah muka air tanah dangkal.
Untuk di kawasan Jakarta Utara, Adrin mengatakan muka air tanahnya tergolong dangkal.
3. Kekuatan dan durasi gempa
Ketiga adalah ada guncangan gempa dengan kekuatan sangat kuat, minimal lebih dari M 6,0.
Selain gempa yang sangat kuat, durasi gempa tersebut juga harus berlangsung lama.
"Harus lebih dari satu menit, (gempa) mengguncang tempat itu," kata Adrin.
"Kalau gempanya besar, tapi sumbernya jauh dan guncangannya enggak terasa kuat di Jakarta, ya enggak mungkin terjadi likuefaksi," terang Adrin.
Adrin mengatakan, jika ketiga faktor tersebut terpenuhi barulah suatu daerah dapat mengalami likuefaksi.
"Dan jenis likuefaksinya bisa macam-macam. Bisa semburan pasir, atau permukaan tanah turun, atau seperti yang terjadi di Palu berupa aliran," imbuh dia.
Adrin mengaku belum memiliki kajian atau penelitian, apakah likuefaksi aliran seperti di Palu dapat terjadi di Jakarta atau tidak.
Namun dari hasil penelitian yang pernah dilakukannya, dampak likuefaksi di Jakarta tak akan seperti Palu dan tidak berdampak signifikan.
"Kalau dilihat dari potensinya rendah, kemungkinan kalau ada fenomena likuefaksi, hanya penurunan tanah yang besarnya kurang dari lima sentimeter," ungkapnya.
Baca juga: Jakarta Disebut Rentan Likuefaksi, Begini Tanggapan Pakar LIPI
Diberitakan sebelumnya, Kepala Sub-Bidang Evaluasi Geologi Teknik Kementerian ESDM mengungkap, Jakarta terindikasi rentan terkena likuefaksi. Hal ini berdasar data peta 100:1.000 yang dimiliki kementerian ESDM.
"Berdasarkan data kami, peta 100:1.000, Jakarta memiliki kerentanan terjadinya likuefaksi, tapi ini masih menggunakan data regional, belum lokal. Jadi potensi secara detailnya belum bisa kami pastikan," ujar Ginda Hasibuan, Kepala Sub-Bidang Evaluasi Geologi Teknik Kementerian ESDM di Jakarta, Kamis (21/11/2019).
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.