KOMPAS.com - Testosteron adalah hormon penting yang dimiliki pria. Namun, tak sediki pria yang kekurangan hormon testosteron dan tidak menyadarinya.
Padahal, rendahnya hormon testosteron dapat meningkatkan berbagai risiko gangguan kesehatan.
Data dari sebuah studi menunjukkan, ada 38,7 persen pria dengan usia di atas 45 tahun memiliki kadar testosteron kurang dari kadar normal yaitu, kurang dari 300 nanogram/desiliter (ng/dL).
Kekurangan hormon testosteron banyak terjadi pada pria usia 40 tahun ke atas.
Penurunan kadar testosteron dimulai pada usia 30 tahun dan terus berlanjut seiring bertambahnya usia. Hal ini lama kelamaan mengakibatkan tubuh kekurangan hormon testosteron.
Baca juga: Kadar Hormon Testosteron Pria di Kota Besar Mudah Turun, Ini Pemicunya
Penurunan hormon testosteron sekitar dua sampai tiga persen per tahun.
Maka di usia 40 tahun kadar testosteron menjadi sekitar 65 – 70 persen dan pada usia 60 tahun ke atas menyisakan 45 – 50 persen dibanding usia 25 tahun.
Dokter spesialis andrologi, Dr Nugroho Setiawan MS SpAnd mengatakan, banyak pria yang mengalami kekurangan hormon testosteron tidak menyadari kondisinya.
Berikut beberapa gejala yang perlu pria perhatikan saat mengalami penurunan hormon testosteron ini.
Nugroho mengatakan, jika seseorang merasa kurang bergairah dalam kehidupan seksual dan mengalami disfungsi ereksi, atau ada tiga gejala di atas yang dirasakan, sangat mungkin pria tersebut kekurangan hormon testosteron.
"Jika palik tidak pria mengalami gejala nomor satu (penurunan dorongan seksual) atau nomor tujuh (disfungsi ereksi) atau tiga gejala lain, pria tersebut mungkin kekurangan hormon testosteron," kata Nugroho dalam acara bertajuk Men’s International Day oleh Bayer, di Jakarta, Senin (18/11/2019).
Faktor risiko sejumlah sindrom metabolik seperti Diabetes Melitus Tipe II, Hipertensi, Kadar Lemak Darah dan Obesitas juga dapat menurunkan kadar testosteron seseorang.
Kekurangan hormon testosteron, pada akhirnya dapat memicu sejumlah penyakit, baik psikis maupun fisik.
"Rendahnya hormon testosteron dapat meningkatkan risiko berbagai gangguan kesehatan, termasuk gangguan psikologis, gangguan metabolik, gangguan kardiovaskular, gangguan seksual, permasalahan fisik, serta risiko kematian yang lebih tinggi," ujarnya.
"Pria yang mengalami gejala kekurangan hormon testosteron harus segera berkonsultasi dan memeriksa kadar testosteronnya untuk mendapatkan terapi sulih hormon sehingga kualitas hidup juga menjadi lebih baik," tutur Nugroho.
Tujuan terapi sulih hormon testosteron adalah untuk mengembalikan kadar testosteron ke tingkat normal.
Penelitian membuktikan, terapi sulih hormon testosteron dapat memperbaiki setiap komponen sindrom metabolik.
"Banyak pasien yang saya berikan injeksi testosteron jangka panjang mengalami penurunan lingkar pinggang, penurunan berat badan, perbaikan gula darah, serta perbaikan lemak darah," kata dia.
Baca juga: 5 Tanda Pria Kekurangan Hormon Testosteron
Namun, Nugroho mengingatkan bahwa pemberian hormon testosteron tambahan juga harus dalam pengawasan dan tanggungjawab dokter.
Sebab, dokter yang paham akan memilih obat resmi yang telah disetujui Badan POM, memiliki efektivitas tinggi, efek samping yang ringan, pemberiannya nyaman untuk pasien dan tidak mempunyai kontra-indikasi.
"Injeksi Testosterone Undecanoate jangka panjang biasanya dipilih karena berdasarkan penelitian yang dilakukan tahun 2015 oleh Carruthers M, Cathcart P, Feneley MR, (injeksi tersebut) menunjukkan tingkat keberhasilan terapi sampai 82 persen, sedangkan keberhasilan dengan penggunaan obat minum hanya mencapai 41 persen," kata Nugroho.
"Pemberian Injeksi Testosterone Undecanoate jangka panjang juga lebih aman terhadap hati karena tidak masuk ke dalam aliran darah," tutupnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.