Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Serba-serbi Kelahiran Prematur, dari Faktor Risiko sampai Pencegahan

Kompas.com - 16/11/2019, 19:04 WIB
Ellyvon Pranita,
Shierine Wangsa Wibawa

Tim Redaksi

Dituturkan Ali bahwa Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018 menunjukkan, salah satu penyumbang kasus bayi lahir prematur yang tinggi yaitu karena anemia.

“Hasilnya, 48 persen kelahiran bayi prematur itu karena ibunya selama hamil menderita anemia,” tutur Ali.

Saat anemia terjadi, kondisi tubuh ibu hamil akan semakin lemah, pada saat yang bersamaan juga akan mengganggu asupan gizi terhadap bayi yang ada di dalam kandungan.

Selain anemia, kasus kelahiran bayi prematur juga banyak disebabkan oleh infeksi dengan berbagai kategori bakteri yang dapat mempengaruhi kondisi janin yang ada di dalam kandungan tersebut.

“Meski faktor risiko itu banyak sekali, tapi yang paling banyak itu memang karena ibunya anemia, atau terkena infeksi juga banyak sekali kejadian bayi lahir prematur karena faktor risiko itu,” ujar dia.

Baca juga: Berkat Sains, Bayi Paling Prematur di Dunia Kini Berusia 3 Tahun

Dampak kelahiran prematur

Masih menurut Ali, bayi lahir prematur (preterm) akan menjadi bayi yang harus dispesialkan penanganan atau perawatannya dibandingkan bayi yang normal.

Hal itu karena bayi prematur pada umumnya bertubuh atau berbobot lebih kecil dibandingkan bayi normal.

Organ tubuh bayi prematur juga belum matang untuk dapat berfungsi, sehingga bayi sangat rentan dengan berbagai risiko yang dapat menimbulkan komplikasi dan berujung kepada kematian.

“Dikhawatirkan bisa terjadi komplikasi bayi prematur, permasalahan jangka pendek dalam kurun waktu 28 hari kehidupannya, dan juga permasalahan jangka panjang,” kata dia.

Untuk diketahui, bayi prematur akan mengalami gangguan pada semua organ yang belum terbentuk dengan matang saat dalam kandungan, seperti organ mata, paru, gastrointestina, imunologi, kardiovaskular, ginjal, endokrin, hematologi, dan sistem saraf pusat.

Pada jangka pendek, beberapa kondisi yang paling umum terjadi pada bayi prematur yaitu kebocoran udara, henti napas, retinopati prematuritas, anemia dan peningkatan risiko infeksi.

Sementara, untuk kondisi kesehatan jangka panjang, dapat menimbulkan terjadinya peningkatan risiko penyakit tidak menular, di antaranya hipertensi dan diabetes saat usia anak mencapai enam atau tujuh tahun.

Baca juga: Perhatian untuk Ibu Hamil, Gigi Berlubang Bisa Picu Kelahiran Prematur

Pencegahan

“Upaya pencegahan agar anak tidak terlahir prematur penting dilakukan sebelum kehamilan terjadi, atau pada saat ibu mempersiapkan kehamilan, hingga sepanjang periode kehamilannya. Anak yang lahir prematur dapat memiliki kesempatan tumbuh kembang yang sama asalkan tata laksananya tepat,” ujar dia.

Pemberian nutrisi sejak dini berdampak positif terhadap perkembangan syaraf otak, terutama pada anak yang sangat prematur. Pemantauan pertumbuhan anak menggunakan grafik pertumbuhan juga berperan penting untuk memastikan keberhasilan kejar tumbuhnya.

Vice President General Secretary Danone Indonesia, Vera Galuh Sugijanto, yang juga memiliki pengalaman mempunyai anak kembar tiga yang prematur sependapat.

"Sebagai ibu dari tiga orang anak kembar yang lahir prematur, saya merasakan sendiri manfaat dukungan medis dan nutrisi yang tepat, yang berperan sangat penting dalam meningkatkan kesehatan dan perkembangan anak-anak saya, serta kemampuan mereka dalam beradaptasi dengan lingkungan kelak," kata Vera.

Vera dan Danone pun percaya bahwa meningkatkan kesadaran akan pentingnya nutrisi dan penanganan yang tepat pada 1.000 hari pertama kehidupan anak, akan berpengaruh pada kesehatan anak tersebut dalam jangka panjang, terutama pada anak yang terlahir prematur.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com