Ini merupakan kesumpulan riset yang terbit di jurnal Psychiatry pada 2009 dengan judul "The psychology of suicide terrorism".
"Penelitian kami menekankan 'normalitas' dan tidak ada psikopatologi individu pada pelaku bom bunuh diri," tulis ahli dalam laporan tersebut.
Riset lain mengatakan, pelaku bom bunuh diri memiliki alasan pribadi yang sangat diyakini sebagai kebenaran, sehingga mereka bersedia melakukan hal tersebut.
Perspekstif seperti inilah yang disukai pemimpin teroris, dan menggunakan alasan itu untuk membuat gelombang penyerangan berikutnya.
2. Ada kecenderungan bunuh diri dan depresi
Bertolak belakang dengan pandangan pertama, sejumlah studi mengungkap bahwa pelaku bom memang memiliki kecenderungan depresi dan ingin bunuh diri sebelumnya.
Hal ini salah satunya diungkap oleh Ariel Merari, penusiunan profesor dan ahli terorisme Israel.
Sementara itu, psikolog sekaligus suicidologist David Lester berkata, pelaku bom bunuh diri wanita melakukan aksinya karena didorong oleh gangguan stres pascatrauma dan keputusasaan.
Baca juga: Menalar Peran Teroris Perempuan di Balik Bom Bunuh Diri Surabaya
Berkaitan dengan bagaimana psikologi para pelaku bom bunuh diri, masih diperlukan banyak riset dan data untuk memastikannya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.