Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Hari Stroke Sedunia, Inilah 3 Jenis Stroke yang Paling Kerap Menyerang

Kompas.com - 30/10/2019, 13:06 WIB
Gloria Setyvani Putri

Penulis

KOMPAS.com - Data Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular (P2PTM) Kementerian Kesehatan RI mengungkap, stroke merupakan penyebab kematian nomor satu di dunia setiap tahun.

Di Indonesia, berdasar data Riskesdas 2013, prevalensi stroke nasional 12,1 per mil.

Sedangkan pada Riskesdas 2018, prevalensi stroke 10,9 per mil, dengan kasus paling tinggi di Kalimantan Timur (14,7 per mil) dan terendah di Papua (4,1 per mil).

Dilansir Health Line, stroke terjadi ketika pembuluh darah di otah pecah atau tersumbat sehingga darah dan oksigen tidak bisa mencapai jaringan otak.

Baca juga: Hari Stroke Sedunia, Gejala Serangan pada Pria dan Wanita Bisa Berbeda

Rusaknya jaringan otak tersebut yang mengganggu sistem kerja tubuh. Misalnya, jadi sulit berbicara, lumpuh, satu bagian sisi tubuh mati rasa, dan lain sebagainya.

Stroke dibagi dalam tiga jenis stroke utama, yakni iskemik, transient ischemic attack (TIA), dan hemoragik. Kategori-kategori ini selanjutnya dipecah menjadi jenis stroke lainnya, termasuk:

  • stroke emboli
  • stroke trombotik
  • stroke intrakerebral
  • stroke subarachnoid

Jenis stroke yang dimiliki mempengaruhi proses perawatan dan pemulihan Anda.

Mengenal 3 jenis stroke

Stroke iskemik

Stroke iskemik terjadi ketika arteri tersumbat sehingga tidak bisa memasok darah ke otak.

Penyumbatan ini disebabkan oleh pembekuan darah atau aliran darah yang sangat kurang. Kondisi ini juga bisa disebabkan oleh aterosklerosis, atau penumpukan lemak, kolesterol, dan zat lain di dinding arteri.

Timbunan plak kolesterol di dinding arteri dapat menghalangi aliran darah. Jika pecah, gumpalan plak menyebabkan oklusi akut arteri.

Dua jenis stroke iskemik yang paling umum adalah trombotik dan emboli.

Stroke trombotik terjadi ketika gumpalan darah terbentuk di salah satu arteri yang memasok darah ke otak.

Stroke emboli terjadi ketika gumpalan darah terbentuk di bagian lain tubuh seperti jantung atau atrei di dada dan leher bagian atas, kemudian gumpalan itu bergerak melalui aliran darah dan pindah ke otak. Saat sudah sampai otak, aliran darah terhenti dan menyebabkan stroke.

Transient Ischemic Attack (TIA)

Serangan iskemik sementara atau sering disebut TIA atau ministroke, terjadi ketika aliran darah ke otak terhambat sementara.

Gejala TIA sama seperti stroke pada umumnya, tapi hanya bersifat sementara dan bisa kembali normal setelah beberapa menit hingga jam.

Seperti stroke iskemik, TIA juga disebabkan oleh gumpalan darah.

Ketika Anda atau kerabat ada yang pernah mengalami TIA, jadikanlah ini peringatan akan stroke di masa mendatang. Jadi jangan abaikan dan sepelekan TIA.

Menurut CDC, lebih dari sepertiga pasien stroke yang mengalami TIA akan mendapat serangan stroke besar hanya dalam jangka waktu setahun. Sementara itu, 10 hingga 15 persen pasien TIA mengalami stroke besar dalam waktu hanya tiga bulan.

Baca juga: Peringatan untuk Kita, Polusi Udara Picu Serangan Jantung dan Stroke

Stroke hemoragik

Stroke hemoragik terjadi ketika arteri di otak membuka dan mengalami kebocoran darah.

Darah dari arteri yang bocor menciptakan tekanan berlebih di tengkorak, hingga akhirnya membuat otak bengkak dan merusak sel serta jaringan otak.

Ada dua jenis stroke hemoragik, yakni intraserebral dan subarachnoid.

Stroke hemoragik intraserebral merupakan jenis stroke hemoragik yang paling umum, terjadi ketika jaringan di sekitar otak terisi dengan darah dari arteri yang pecah.

Stroke hemoragik subarachnoid tergolong jarang terjadi. Kondisi ini menyebabkan perdarahan di daerah antara otak dan jaringan tertutup.

Menurut American Heart Association, sekitar 13 persen stroke adalah hemoragik.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Terpopuler

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau