KOMPAS.com - Setiap tanggal 29 Oktober diperingati sebagai Hari Stroke Sedunia.
Peringatan tahunan yang sudah dilakukan sejak 2006 oleh World Stroke Organization (WSO) itu bertujuan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat akan bahaya stroke.
Peningkatan kesadaran melalui edukasi pencegahan dan pengobatan diharapkan dapat mengurangi angka kasus stroke di seluruh dunia.
Menurut laman resmi Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular (P2PTM) Kementerian Kesehatan RI, stroke merupakan penyebab kematian nomor satu di dunia setiap tahun.
Baca juga: Peringatan untuk Kita, Polusi Udara Picu Serangan Jantung dan Stroke
Data menunjukkan 1 dari 4 orang mengalami stroke. Kondisi ini sebenarnya bisa dicegah.
Di Indonesia sendiri, berdasar data Riskesdas 2013, prevalensi stroke nasional 12,1 per mil. Sedangkan pada Riskesdas 2018, prevalensi stroke 10,9 per mil, dengan kasus paling tinggi di Kalimantan Timur (14,7 per mil) dan terendah di Papua (4,1 per mil).
Menurut Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan tahun 2016 Stroke menghabiskan biaya pelayanan kesehatan sebesar 1,43 Trilyun, tahun 2017 naik menjadi 2,18 Trilyun dan tahun 2018 mencapai 2,56 Trilyun rupiah.
Penyakit Kardioserebrovaskuler seperti stroke, penyakit jantung koroner dapat dicegah dengan mengubah perilaku yang berisiko seperti penggunaan tembakau, diet yang tidak sehat dan obesitas, kurang aktivitas fisik dan penggunaan alkhohol.
Dilansir Health Line, stroke terjadi ketika pembuluh darah di otak pecah dan berdarah, atau ketika ada penyumbatan dalam pasokan darah ke otak.
Ketika pembuluh darah di otak pecah atau tersumbat, darah dan oksigen sulit mencapai jaringan otak.
Tanpa oksigen, sel-sel dan jaringan otak menjadi rusak dan perlahan mulai "mati".
Hilangnya aliran darah ke otak merusak jaringan otak. Gejala stroke yang muncl di bagian tubuh dikendalikan oleh daerah otak yang rusak.
Semakin cepat Anda mengenali gejala stroke, maka semakin baik dalam pengobatannya.
Gejala stroke antara lain:
Bila tanda-tanda tersebut dirasakan, segera periksakan kesehatan untuk mencegah kerusakan otak, cacat jangka panjang, hingga kematian.