Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ahli Klaim Rumah Leluhur Manusia Modern ada di Botswana Afrika Selatan

Kompas.com - 30/10/2019, 09:22 WIB
Gloria Setyvani Putri

Penulis

Sumber Gizmodo

KOMPAS.com - Sejak lama kita tahu bahwa semua ras umat manusia berasal dari Afrika. Namun, tak ada yang tahu pasti di Afrika sebelah mana kampung halaman manusia modern, hingga para peneliti Australia mengungkapnya.

Dalam tulisan hasil penelitian yang terbit di jurnal Nature edisi 28 Oktober 2019, para ahli Australia mengklaim bahwa wilayah Botswana, Afrika Selatan, merupakan rumah leluhur manusia modern.

Nah, area di sebelah selatan Sungai Zambezi, Botswana itulah yang menjadi rumah pertama bagi Homo sapiens sekitar 200.000 tahun lalu.

Diperkirakan, Homo sapiens awal terisolasi di sana selama kurang lebih 70.000 tahun hingga akhirnya menyebar ke seluruh penjuru dunia.

Baca juga: Tak Ada Pribumi, 4 Gelombang Migrasi Jadikan Kita Manusia Indonesia

"Kita telah lama mengetahui bahwa manusia modern berasal dan tinggal di Afrika sekitar 200.000 tahun lalu. Namun kita tak tahu di mana tepatnya (rumah leluhur) sampai penelitian ini dilakukan," ungkap Prof Vanessa Hayes, ahli genetika dan penulis senior di Institut Penelitian Medis Garvan di Sydney.

Penelitian

Dilansir Gizmodo (28/10/2019), klaim dan kesimpulan inin didapat setelah para ahli menganalisis 1.217 sampel DNA mitokondria, bahan genetik dalam mitokondria mirip baterai kecil yang ditemukan di sebagian besar sel tubuh manusia.

Semua sampel DNA yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari orang Afrika Selatan yang masih hidup, termasuk suku bangsa Khoisan.

Hayes dan koleganya menggunakan DNA mitokondria yang diturunkan secara eksklusif dari ibu ke anak.

Salah satu garis keturunan tertua yang diketahui dapat ditemukan di haplogroup LO.

Dari sinilah terungkap, garis keturunan LO dan cabang-cabangnya dapat ditemukan di daerah Afrika sub-Sahara.

Populasi tertinggi garis keturunan itu adalah suku bangsa Khoisan, yang merupakan penduduk asli daerah Botswana, Namibia, Angola, Zambia, Zimbabwe, Lesotho, dan Afrika Selatan.

Dari sini kemudian para ahli mempersempit jangkauan untuk mencari tahu dari mana asal leluhur kita.

Para ahli kemudian beralih ke bukti geologis, arkeologis, dan fosil untuk mengumpulkan rincian data tentang iklim dan ekosistem yang lebih luas di wilayah tersebut.

Melalui analisis tersebut, Hayes dan tim percaya bahwa manusia muncul dari daerah di wilayah Lembah Sungai Zambesi Besar, dekat danau Makgadikgadi kuno yang luasnya setara dengan Selandia Baru.

Sekitar 200.000 tahun lalu, di sana oasis bagi daratan Afrika yang kering. Karena ada air, tanah di Botswana pun subur.

"Tanah itu sangat subur dan menjadi habitat yang cocok bagi manusia modern dan satwa liar untuk hidup," ungkap Hayes.

Hal ini berbeda dengan keadaan sekarang, di mana kawasan Botswana telah menjadi tanah kering dan tandus.

Awal mula manusia modern bermigrasi

Menurut analisis DNA, garis keturunan L0 terpecah 130.000 tahun yang lalu ketika beberapa populasi pendiri bergerak ke arah timur laut di sepanjang rute vegetasi hijau yang terbuka ketika hujan membasahi tanah gersang.

Gelombang migrasi kedua menuju barat daya sekitar 20.000 tahun kemudian karena curah hujan juga meningkatkan vegetasi di sana.

Mereka yang menuju timur laut memunculkan populasi pertanian, sementara mereka yang pergi ke selatan menjadi pengumpul makanan di pantai.

Hayes dan tim percaya, mereka ini adalah penjelajah manusia pertama.

Kritikan ahli lain

Hasil penelitian ini tentu saja tidak dapat langsug diterima ilmuwan lain.

Salah satunya kritikan itu datangd ari Chris Stringer yang mempelajari asal usul manusia di Natural History Museum, London.

Baginya, para ahli genetika harus sangat berhati-hati dalam menggunakan distribusi genetika modern untuk menyimpulkan dengan tepat dari mana leluhur manusia modern hidup 200.000 tahun lalu.

"Afrika sangat besar dan kompleks. Seperti banyak penelitian yang berkonsentrasi pada satu bagian kecil genom, atau satu wilayah, atau satu industri alat batu, atau satu fosil 'kritis', ia tidak dapat menangkap kompleksitas asal mula mosaik kita sepenuhnya, begitu data lain dipertimbangkan," ungkapnya.

Baca juga: Tak Ada Pribumi, Begini Tes DNA Tentukan Asal Usul Orang Indonesia

Stringer menunjukkan bahwa analisis kromosom Y yang diwariskan laki-laki menunjukkan bahwa nenek moyang pembawa-Y kita mungkin berasal dari Afrika barat.

Studi lebih lanjut, yang telah melihat seluruh genom, menunjukkan populasi yang bermigrasi keluar dari Afrika berasal dari timur benua.

"Ini dan banyak data lain menunjukkan bahwa kita adalah campuran nenek moyang dari berbagai daerah di Afrika. Dan tentu saja ada kawin silang dari kelompok manusia lain di luar benua," terang Stringer.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com