Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 17/10/2019, 09:01 WIB
Ellyvon Pranita,
Gloria Setyvani Putri

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Tes DNA dengan 16 responden acak orang Indonesia yang dilaksanakan oleh majalah sejarah online Historia.id dalam Proyek DNA Penelusuran Leluhur Orang Indonesia Asli mengungkapkan bahwa ternyata, tidak ada yang dinamakan manusia pribumi atau asli Indonesia.

Proyek DNA ini bertujuan untuk memberikan informasi asal-usul orang Indonesia sesungguhnya.

Berkaitan dengan tes proyek DNA ini, banyak pembaca yang bertanya bagaimana tes DNA tersebut dilakukan dan kenapa hasilnya bisa jauh di luar dugaan orang Indonesia pada umumnya.

Baca juga: Anda Berasal dari Mana? Menelusuri Asal Usul Orang Indonesia lewat DNA

Metode Proyek DNA

16 responden dalam proyek DNA ini merupakan penanda DNA. Mereka mewakili 70 etnik dari 12 pulau yang ada di Indonesia dan dipilih secara acak.

Nah, struktur genetika atau DNA dari 16 responden tersebut, akhirnya yang memberikan informasi terkait asal usul manusia Indonesia.

Hasil tes DNA mereka menunjukkan, tak ada satu pun dari responden yang benar-benar orang Indonesia asli, atau biasa kita sebut sebagai pribumi.

Ini artinya, hasil tes DNA dari penanda genetik (16 responden) memperlihatkan bukti adanya pembauran beberapa leluhur yang datang dari periode maupun dari jalur yang beragam.

Bagaimana tes DNA dilakukan?

Penelitian genetik ini memakai DNA mitokondria yang diturunkan melalui jalur maternal ibu, kromosom Y yang hanya diturunkan dari sisi paternal ayah, serta DNA autosom yang diturunkan dari kedua orang tua.

Deoxyribo Nucleic Acid (DNA) merupakan asam nukleat yang menyimpan semua informasi tentang genetika. DNA inilah yang menentukan jenis rambut, warna kulit, dan sifat-sifat khusus manusia.

Dijelaskan Deputi Fundamental Eijkman Institute Prof Dr Herawati Aru Sudoyo, DNA dapat diperoleh dari materi biologis apapun.

"Jadi sumbernya bisa darah, usap pipi, saliva (Air liur), dan lain-lain. Dites yang dilakukan itu digunakan materi dari sel-sel yang diambil dari saliva," ujar Herawati di Museum Nasional, Selasa (15/10/2019).

16 partisipan diminta menempelkan air liurnya dengan sebuah korek kuping dan dimasukkan ke dalam sebuah wadah agar dapat diteliti gen yang ada di dalam liur tersebut.

Dihubungi Kompas.com, Rabu (16/10/2019), Hera menjelaskan setelah sampel DNA diambil, kemudian diisolasi, lalu diperbanyak jutaan kali dengan teknik PCR (polymerase chain reaction), dimurnikan.

Memperbanyak DNA sampai jutaan kali bertujuan untuk mencari marka spesifik "ancestry dengan menggunakan referensi yang sudah ada dalam bank DNA.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com