"Ingatlah semakin enak mi (instan) itu, maka semakin banyak juga pakai telur biasanya. Ya jadi lemaknya banyak, kolesterol juga meningkat," kata dia.
Bahan utama pembuatan mi yaitu tepung. Seperti yang diketahui secara umum, bahwa tepung memiliki kandungan karbohidrat.
"Kalau ada karbohidrat dan kebanyakan, ya kemungkinan terjadi gula darah, diabetes, kegemukan," ucap Samuel.
Ironisnya lagi, kata dia, anak-anak di Indonesia kebanyakan diberikan konsumsi mi instan bahkan dua porsi sekaligus dengan tambahan telur, kornet, ataupun keju.
"Udah mi itu tinggi kolesterol karena bahannya udah ada telurnya, eh di tambah telur lagi masaknya bahkan dua juga kadang, di tambah keju atau kornet pula. Udah bayangkan aja tuh gimana," katanya.
Baca juga: Makan Mie Instan Kok Bikin Kita Cepat Lapar?
Samuel menyarankan untuk dapat mengolah mi instan dengan bijak agar efek buruk terhadap kesehatan dapat berkurang.
"Cobalah menyiasatinya (masak mi) dengan dicampur sayur, dan tidak usah pakai bumbunya, atau ganti dengan bumbu racik sendiri pakai rempah-rempah dapur yang dipunya," tuturnya.
Mengenai sayuran yang boleh dicampurkan, kata dia, berjenis apa saja karena sayuran mengandung serat dan protein yang baik untuk tubuh.
Baca juga: Perlukah Membuang Air Rebusan Mi Instan?
Disarankan untuk tidak merebus sayuran terlalu lama atau sebentar saja. Sayuran itu direbus lalu dicampurkan dengan mi instan yang diolah dengan bumbu sendiri tadi.
"Juga yang jelas jangan terlalu sering makan mi instan, apalagi untuk anak-anak. Ya paling tidak seminggu sekali, atau lebih jarang lagi makan mi instan malah makin bagus sebenarnya. Karena bahayanya mi instan ini akan terasa dalam jangka panjang, kalau anak-anak mungkin ketika remaja atau dewasa nanti baru kelihatan akibatnya," tukasnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.