Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Istri TNI Hujat Wiranto di Medsos, Kenapa Kita Susah Bijak Bermedsos?

Kompas.com - 12/10/2019, 19:04 WIB
Shierine Wangsa Wibawa

Penulis

KOMPAS.com - Tiga anggota TNI dicopot dari jabatannya karena istri-istri mereka mengunggah postingan negatif mengenai peristiwa penusukan Menko Polhukam Wiranto di media sosial.

Dijelaskan oleh Kepala Penerangan Komando Daerah Militer (Kapendam) XIV Hasanuddin Letnan Kolonel Maskun Nafik, sikap atau pernyataan istri personel TNI bisa berimplikasi menjadi gangguan atau polemik di dalam kondisi sosial masyarakat, sehingga dapat menjatuhkan kehormatan sang prajurit militer.

Selain itu, para prajurit dan keluarga TNI juga sudah diingatkan untuk tidak membuat atau membagikan konten yang menjatuhkan martabat militer.

Dilansir dari artikel Kompas.com, Sabtu (12/10/2019); Pengamat terorisme dari Universitas Islam Negeri ( UIN) Jakarta Roby Sugara melihat kasus ini sebagai bagian dari era disrupsi yang dimanfaatkan oleh teroris.

Baca juga: Trending #YoongiWeLoveYou dan Militansi Fans Kpop di Media Sosial

Para istri disebutnya korban dari narasi negatif yang dialamatkan ke Wiranto atau pemerintah, di samping tidak bisa menyaring berita dan menyadari bahwa suaminya adalah abdi negara.

Ada 4 alasan kita susah bijak di medsos

Kesulitan untuk menyaring berita dan bersikap bijak di media sosial sebetulnya telah menjadi perhatian para ahli sejak lama. Pasalnya, sudah cukup banyak orang yang kehilangan pekerjaan dan berurusan dengan hukum karena unggahan yang salah di media sosial.

Dilansir dari Kompas.com, 22 Juli 2019; kajian para ahli menunjukkan bahwa setidaknya ada empat alasan kita menjadi lebih agresif dan sulit berpikir panjang ketika menggunakan media sosial.

1. Kontrol diri yang menurun

Menurut studi oleh profesor Universitas Kolombia Keith Wilcox dan profesor Universitas Pittsburgh Andrew Stephen, media sosial memang menurunkan kontrol diri kita.

Sebabnya adalah tanggapan positif di media sosial, yang bisa berupa "like". Tanggapan positif ini seperti efek perizinan yang membuat kita merasa memiliki hak, menaikkan ego dan menurunkan kontrol diri.

Baca juga: Viral Lisa Marlina dan Bau Ikan Asin, Perlukah Kita Detoks Bermedsos?

2. Hilangnya keberadaan fisik orang lain

Di dunia nyata, reaksi dan keberadaan fisik orang lain juga menjadi pembatas diri. Hal inilah, tulis Craig Blewett, dosen senior edukasi dan teknologi di University of Kwazulu-Natal, di The Conversation, 11 Januari 2017,  yang tak ada di internet

Di internet, kita hanya beradapan dengan gadget, dan ada ruang spasial yang jauh antara kita dan audiens. Jarak yang jauh ini membuat kita lebih berani untuk berekspresi dan lupa bahwa audiens kita juga manusia.

3. Aksesibilitas yang tinggi

Kedua hal di atas dan aksesibilitas media sosial yang begitu tinggi membuat kita rentan mengunggah hal-hal yang tidak perlu di media sosial hanya karena emosi sesaat.

Blewett membandingkan era kita saat ini dengan era prateknologi.

Sebelum ada internet, seseorang yang sedang emosi membutuhkan waktu lebih lama untuk meluapkan emosinya ke publik, misalnya dengan menulis surat ke koran terlebih dahulu. Dalam jeda waktu tersebut, kemarahan bisa memudar. Bandingkan dengan zaman sekarang, di mana emosi bisa kita luapkan ke media sosial hanya dalam hitungan detik.

Baca juga: Belajar dari Video Ikan Asin Galih Ginanjar, Bolehkah Review Pasangan Seksual di Medsos?

Sayangnya, ujar Blewett, kemajuan teknologi ini tidak dibarengi dengan kesadaran akan tanggung jawab sebagai produser konten aktif.

4.Kesalahpahaman akan media sosial

Masih terkait dengan kurangnya kesadaran akan tanggung jawab di atas, banyak orang juga tidak menyadari bahwa berkomunikasi di media sosial sama saja dengan berbicara kencang di muka publik.

Psikolog dan profesor ilmu sains dan teknologi dari Massachusetts Institute of Technology, Sherry Turkle, berkata bahwa banyak orang merasa bahwa apa yang mereka publikasikan di internet tidak memiliki konsekuensi di dunia nyata

Padahal, seperti dijelaskan oleh Blewett, media sosial dengan eksposurnya mirip dengan menulis surat ke koran, tetapi publikasinya instan.

Sumber: Kompas.com (Kiki Andi Pati, Dandy Bayu Bramasta, Shierine Wangsa Wibawa)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com