Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sate Kambing Bisa Jadi Zat Penyebab Kanker, Begini Mekanismenya

Kompas.com - 12/10/2019, 18:03 WIB
Ellyvon Pranita,
Shierine Wangsa Wibawa

Tim Redaksi

KOMPAS.com- Satai atau sate menjadi salah satu makanan khas Indonesia yang banyak digemari masyarakat Indonesia dan juga wisatawan mancanegara saat berkunjung ke Indonesia.

Namun, tahukah Anda bahwa sate yang berbahan daging merah seperti kambing ternyata juga berpotensi menjadi sumber karsinogen atau racun penyebab kanker dalam tubuh?

Hal ini disampaikan oleh Ketua Yayasan Kanker Indonesia, Profesor DR Dr Aru W Sudoyo SpPD KHOM FINASIM FACP, yang membandingkan karsinogen dalam ranitidin dengan sate kambing.

"Dibandingkan ranitidin, sebenarnya kita sehari-hari sudah terpapar karsinogen, yaitu dari asap rokok, asap kendaraan, makanan berbahan daging merah yang dibakar itu sebenarnya karsinogen semua," kata Aru di acara Patient Journey in Oncology Total Solution yang diadakan oleh PT Kalbe Farma Tbk di Bogor, Selasa (7/10/2019).

Baca juga: Kenali 3 Bahan Kimia Pemicu Kanker yang Ada di Makanan Anda

Mekanisme karsinogen sate

Pada prinsipnya semua jenis daging merah yang dipanasi atau dibakar dengan suhu tinggi, akan berubah menjadi karsinogen.

Nah, pada sate, bahan pemanas ataupun yang membakar daging merah adalah arang.

Arang merupakan residu hitam berisi karbon tidak murni, terdiri dari 85-98 persen karbon dan sisanya adalah abu atau benda kimia lainnya.

Pada makanan sate; asam amino, gula, dan creatine dalam daging merah akan bereaksi pada suhu tinggi, yang membentuk heterocyclic amines (HCAs).

"Daging merah itu sendiri kalau dimasak dengan suhu terlalu panas akan berubah jadi karsinogen, lah sate kambing misalnya, membuatnya kan dibakar dengan arang yang ada karbonnya, jadi karsinogen malah tinggi lagi, meningkat jadinya," ucapnya.

Baca juga: Sate Lipan Laris Diekspor ke Vietnam, Bagaimana dengan Bisanya?

Heterocyclic Amines (HCAs)

Pada pemberitaan sebelumnya, telah dijelaskan bahwa HCAs adalah jenis bahan kimia yang biasanya diproduksi atau dihasilkan selama proses memasak makanan.

"Contohnya masak daging merah, itu ada beberapa proses masak yang justru membuat zat HCAs ini dan itu berisiko memicu sel kanker berkembang," kata Aru.

Pembentukan HCAs dalam proses memasak daging merah yang berisiko itu seperti, memasak dengan temperatur atau suhu yang tinggi, atau memasak dengan pengasapan dan pembakaran arang.

"Misal ya sate atau daging sapi begitu, tapi ingat kalau satenya ayam atau bakarannya itu ikan enggak apa-apa. Nah yang bahaya itu daging merah kayak kambing atau sapi begitu, yang penting daging merah itu yang bahaya," tuturnya.

Baca juga: Sate Lipan Laris Diekspor ke Vietnam, Bisakah Jadi Makanan Alternatif?

Himbauan

Namun, Aru juga mengingatkan bahwa yang harusnya dipersoalkan bukanlah perihal daging kambing ataupun jenis daging merah lainnya, tetapi cara dan bahan yang digunakan untuk memasak daging merah tersebut.

Selain itu, sate kambing atau sapi harus diikuti juga dengan mengonsumsi makanan yang dapat melawan karsinogen tersebut, seperti makanan yang banyak mengandung serat.

"Yang perlu diperhatikan bukan daging merah atau kambing itu, tapi bagaimana masaknya dan bahan lainnya. Ya sama kayak hipertensi itu bukan karena daging kambingnya, tapi karena masaknya pakai garam, garam itu yang berpengaruh ke hipertensi sebenarnya," tuturnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau