Dalam kondisi normal, saraf mengarahkan otot untuk mengirimkan pesan melalui reseptor.
Bahan kimia pengirim pesan itu bernama asetilkolin.
Ketika asetilkolin berhubungan dengan reseptor saraf, otot akan berkontraksi dan bekerja.
Namun bagi pengidap MG, mereka memiliki lebih sedikit reseptor asetilkolin dibanding yang dibutuhkan tubuh.
MG dianggap sebagai gangguan autoimun. Pada penyakit autoimun, beberapa antibodi tubuh yang berguna melawan bakteri, virus, dan jamur, salah mengira bagian tubuh sendiri sebagai barang asing dan akhirnya justru menghancurkannya.
Dalam kasus MG, antibodi memblokir, menyerang, dan menghancurkan reseptor asetilkolin yang diperlukan untuk kontraksi otot.
Tak ada yang tahu persis apa yang menyebabkan tubuh memproduksi antibodi yang merusak reseptop asetilkolin.
Baca juga: Cerita 2 Pasien Atasi Nyeri Reumatik Autoimun dengan Agen Biologik
Tahun lalu Duterte mengungkap telah menjalani endoskopi dan kolonoskopi untuk menangani Esofagus Barret yang diidapnya.
Esofagus Barret adalah komplikasi penyakit gastroesophageal reflux (GERD) di mana isi lambung mengalir mundur ke esofagus atau kerongkongan.
Presiden Duterte juga mengungkap, dirinya memiliki penyakit Buerger yang mengarah pada penyempitan pembuluh darah di lengan dan kaki.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.