Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Presiden Filipina Duterte Mengaku Idap Myasthenia Gravis, Apa Itu?

Kompas.com - 07/10/2019, 17:03 WIB
Gloria Setyvani Putri

Penulis

KOMPAS.com - Presiden Filipina Rodrigo Duterte mengaku mengidap penyakit neuromuskular kronis bernama myasthenia gravis (MG).

Penyakit ini menyebabkan masalah medis, termasuk membuat salah satu matanya terkulai dan tidak bisa terbuka sempurna.

Dilansir New York Times, Minggu (6/10/2019), Duterte mengungkap hal tersebut ketika bertemu dengan komunitas Filipina di Rusia, Sabtu malam (5/10/2019) waktu setempat.

Ia menderita myasthenia gravis, penyakit autoimun kronis yang melemahkan otot. Kata Duterte, penyakit tersebut juga dialami sang kakek.

Baca juga: Bisakah Orang dengan Penyakit Autoimun Tertentu Memiliki Penyakit Autoimun Lain?

Hal ini diakui Duterte setelah muncul spekulasi publik tentang kondisi kesehatannya. Duterte disebut tidak bisa menatap lurus kepada perempuan yang diajaknya menari di Moskow.

"Saat saya melihatmu, salah satu mataku terkulai. Apa Anda bisa melihatnya? Salah satu mata saya lebih kecil," ungkap Pak Duterte.

"Ini karena saya mengidap myasthenia gravis. Ini adalah kerusakan saraf," sambungnya.

Mengenal penyakit myasthenia gravis

Dilansir WebMD, myasthenia gravis merupakan kondisi kronis yang melemahkan otot-otot yang mengendalikan mata, ekspresi wajah, otot untuk berbicara, dan menelan.

Sebagai contoh, jika seseorang memiliki MG, ketika sedah makan otot-otot rahang akan menjadi lemah dan mengganggu kemampuan mengunyah makanan. Setelah beristirahat sebentar, otot-otot pada rahang bisa kembali menguat dan dia bisa melanjutkan makan lagi.

Ciri utama penyakit ini adalah, otot mudah melemah ketika digunakan dan harus istirahat sejenak agar bisa berfungsi kembali.

Penyakit ini paling sering menyerang otot-otot yang mengendalikan gerakan mata dan kelopak mata. Gejala pertama yang terlihat adalah mata terkulai seperti Duterte, atau penglihatannya kabur.

Setelah satu sampai dua tahun, otot-otot lain yang ada di area wajah akan ikut melemah.

Siapa saja dapat mengalami myasthenia gravis. Namun penderita paling umum adalah wanita berusia 20 sampai 40 tahun atau pria berusia 50 sampai 70 tahun.

Jika seorang ibu hamil menderita myastheni gravis, anak yang dilahirkan kemungkinan juga mengalami pelemahan otot (myasthenia neonatal) karena antibodi yang ditransfer ibu ke anak lewat aliran darah.

Beruntung, myasthenia neonatal hanya terjadi sementara. Beberapa minggu setelah lahir, antibodi akan berkembang dan kekuatan otot bayi bisa normal kembali.

Penyebab myasthenia gravis

Dalam kondisi normal, saraf mengarahkan otot untuk mengirimkan pesan melalui reseptor.

Bahan kimia pengirim pesan itu bernama asetilkolin.

Ketika asetilkolin berhubungan dengan reseptor saraf, otot akan berkontraksi dan bekerja.

Namun bagi pengidap MG, mereka memiliki lebih sedikit reseptor asetilkolin dibanding yang dibutuhkan tubuh.

MG dianggap sebagai gangguan autoimun. Pada penyakit autoimun, beberapa antibodi tubuh yang berguna melawan bakteri, virus, dan jamur, salah mengira bagian tubuh sendiri sebagai barang asing dan akhirnya justru menghancurkannya.

Dalam kasus MG, antibodi memblokir, menyerang, dan menghancurkan reseptor asetilkolin yang diperlukan untuk kontraksi otot.

Tak ada yang tahu persis apa yang menyebabkan tubuh memproduksi antibodi yang merusak reseptop asetilkolin.

Baca juga: Cerita 2 Pasien Atasi Nyeri Reumatik Autoimun dengan Agen Biologik

Penyakit lain Presiden Rodrigo Duterte

Tahun lalu Duterte mengungkap telah menjalani endoskopi dan kolonoskopi untuk menangani Esofagus Barret yang diidapnya.

Esofagus Barret adalah komplikasi penyakit gastroesophageal reflux (GERD) di mana isi lambung mengalir mundur ke esofagus atau kerongkongan.

Presiden Duterte juga mengungkap, dirinya memiliki penyakit Buerger yang mengarah pada penyempitan pembuluh darah di lengan dan kaki.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com