Oleh karena banyak pengikut raja yang tinggal di luar Keraton, lama-kelamaan kesenian batik dibawa keluar Keraton dan dikerjakan di tempatnya masing-masing.
Lama-lama, kesenian batik ditiru oleh masyarakat di sekitar mereka. Batik menjadi pekerjaan kaum wanita untuk mengisi waktu senggang. Selanjutnya, batik yang awalnya hanya merupakan pakaian keluarga Keraton mulai dipakai masyarakat.
Batik pada masa Kerajaan Majapahit bisa ditemukan di Mojokerto dan Tulungagung. Selain itu, pada masa penyebaran Islam, batik kuat mengakar di wilayah Ponorogo. Pembuatan batik cap di Ponorogo baru dikenal setelah Perang Dunia I yang dibawa oleh seorang China bernama Kwee Seng.
Ada pula batik pesisir yang bermotif peranakan, merupakan akulturasi dengan budaya China.
“Mereka (kebudayaan peranakan) kan datang bersama Laksamana Cheng Ho ke Indonesia. Nah, pelabuhannya mereka ini besar sekali, dari Semarang sampai Tuban, jadi adanya hanya di pesisiran,” tutur Notty J Mahdi dari Forum Kajian Antropologi Indonesia.
Kini, hampir tiap daerah di Indonesia memiliki motif batik. Papua misalnya, punya batik bermotif tifa (gendang) dan burung cendrawasih. DKI Jakarta bahkan memiliki batik bermotif ondel-ondel dan Monumen Nasional. Berkembangnya medium dan model batik menjadikan kain motif asli Nusantara ini tetap menjadi favorit seiring bergantinya zaman.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.