KOMPAS.com - Padi gogo merupakan padi darat atau padi huma yang dibudidayakan di lahan kering. Ada tiga jenis padi gogo yang dikembangkan LIPI yaitu Inpago LIPI Go 1, Inpago LIPI Go 2, dan Inpago LIPI Go 4. Semua jenis tersebut ramah lingkungan.
Proses penanaman padi gogo dapat dilakukan pada awal musim penghujan dengan cara tugal atau larikan.
Peneliti Bioteknologi Pertanian spesialis padi dari LIPI, Enung Sri Mulyaningsih, menjelaskan bahwa proses dalam penanaman padi gogo dimulai dengan menyiapkan benih, yaitu sebanyak 3-5 biji/lubang tanam. Dengan jarak tanam 15 cm x 30 cm atau 25 cm x 25 cm, kebutuhan benih adalah 40 Kg/ha.
Baca juga: 5 Fakta tentang Padi Gogo, Varietas Unggul Asli Indonesia
Pada saat penanaman, benih diperlakukan dengan pencampuran BioVarm dan BioPlus yang mengandung Mycoriza sebagai pelarut fospat dan bakteri penambat nitrogen.
Dosis penggunaan BioVarm sebanyak 5 Kg/ha dan BioPlus 500 ml/ha. Penggunaan BioVarm dan BioPlus dapat membantu ketersediaan hara untuk pertumbuhan awal tanaman.
Kemudian, pemupukan dilakukan pertama kali pada saat tanam dengan aplikasi Pupuk Organik Hayati (POH) sebanyak 25 ml/liter air.
Pemberian POH dilanjutkan pada 10, 30 dan 45 HST dengan dosis sama. Pemberian POH akan membantu menjaga kelestarian mikrobiologi tanah, sehingga kesuburan tanah tetap terjaga.
"Penggunaan pupuk kimia (Urea Sp36 dan KCI) digunakan dengan setengah dosis anjuran," katanya.
Baca juga: Hari Tani Nasional, LIPI Kenalkan Varietas Unggulan Padi dan Singkong
Pemberian pupuk SP36, KCI dan setengah bagian Urea dapat dilakukan bersamaan tanam, sisa urea (setengah bagian lagi) diberikan pada saat tanaman berumur 14 HST atau setelah penyiangan pertama. Pemupukan dapat dilakukan secara larikan atau ditebar.
Pertumbuhan tanaman harus dijaga dari serangan hama penyakit tanaman dan pengendalian organisme pengganggu tanaman yang ramah lingkungan dapat dilakukan dengan aplikasi Bio-pestisida (seperti ekstrak biji mimba).
"Untuk penanggulangan walang sangit dapat memanfaatkan bangkai ikan sebagai antraktan," kata Enung di Cibinong, Selasa (24/9/2019).
Ada juga Penyakit Blas yang merupakan penyakit utama pada padi gogo, namun dapat ditanggulangi dengan penggunaan varietas tahan.
Memasuki fase panen dan pasca panen, tanaman masuk fase masak dengan tanda yaitu gabah telah menguning 80 persen.
"Pemanenan dapat dilakukan dengan manual atau menggunakan sabit," ujarnya.
Tanaman yang telah dipanen harus segera dirontokkan menggunakan alat perontok biji untuk menghindari kehilangan hasil.
Gabah dikeringkan di bawah terik matahari selama 3-5 hari atau hingga kadar air 14-16 persen.
"Malah bagusnya paska panen, lahan bisa digunakan untuk program Pajale (padi, jagung, dan kedelai). Ya lahan juga butuh istirahat, jadi malah lebih optimal kalau sudah panen padi gogo ini, dibuat lahannya untuk tanam jagung dan kedele dulu baru tanam padi lagi," tuturnya.
Baca juga: Perubahan Iklim Bikin Gizi dalam Padi Menurun Drastis
Dalam kurun bulan kurang lebih 7 bulan, masa tanam padi gogo bahkan sudah ada dengan variasi jumlah panen:
Inpago LIPI Go 1, rata-rata hasil dalam jumlah ton per hektar (ha), 4,45 ton/ha, dengan potensi hasilnya bisa mencapai 8,18 ton/ha.
Inpago LIPI Go 2, rata-rata hasilnya yaitu 5,17 ton/ha, dengan potensi hasil mencapai 8,15 ton/ha.
Sementara, untuk Inpago LIPI Go 4, rata-rata hasil panennya yaitu 4,18 ton/ha, dengan potensi hasil panen mencapai 7,10 ton/ha.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.