Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 24/05/2018, 12:48 WIB
Gloria Setyvani Putri

Penulis


KOMPAS.com - Emisi gas rumah kaca, salah satu penyebab perubahan iklim secara global, mengancam hilangnya gizi di dalam padi.

Hal tersebut seperti tertulis dalam laporan yang terbit di jurnal Science Advances, Rabu (23/5/2018).

Para ahli menemukan, gizi dan vitamin dalam padi akan berkurang jika ditanam di area dengan konsentrasi karbon dioksida yang tinggi.

"Jika tidak bergegas, ya pasti akan ada dampak negatif pada kesehatan manusia," ujar Kristie Ebi, peneliti kesehatan masyarakat dari Universitas Washington di Seattle dan salah satu penulis studi, dilansir The Washington Post, Rabu (23/5/2018).

Baca juga: Studi: Ada 5,6 Miliar Unit AC pada 2050 Bikin Perubahan Iklim Memburuk

Studi yang melibatkan ahli dari berbagai negara seperti China, Jepang, Australia, dan AS itu telah menguji 18 varietas padi yang ditanam di luar ruangan.

Semua padi ditanam di luar ruangan dan terkonsentrasi dengan atmosfer karbon dioksida dari 568 hingga 590 bagian per juta.

Sebagai informasi, konsentrasi rata-rata karbon dioksida di atmosfer Bumi saat ini mencapai 410 bagian per juta. Namun, konsentrasi tersebut terus tumbuh sekitar 2 bagian per juta setiap tahunnya.

"Beras menyumbang kira-kira 25 persen dari seluruh kalori global," menurut penelitian yang dipimpin Chunwu Zhu dari Akademi Ilmu Pengetahuan China.

Zhu dan koleganya menemukan, padi yang ditanam dengan konsentrasi karbon dioksida yang sangat tinggi akan menurunkan kandungan vitamin B1, B2, B5, dan B9 (folat).

Selain vitamin, sejumlah protein, zat besi, dan zinc juga ikut menurun.

"Seperti disebutkan, salah satu yang menurun karena konsentrasi CO2 adalah folat. Kita tahu, ibu hamil yang kekurangan folat akan berisiko mengalami berbagai anomali kelahiran. Artinya, folat sangat penting bagi kesehatan ibu, anak-anak, dan kita semua," terang Ebi.

Penelitian lain yang terbit baru-baru ini juga menunjukkan gizi gandum akan berkurang bila Bumi menghangat.

Perubahan gizi pada gandum disebabkan oleh peningkatan suhu Bumi. Sementara berkurangnya gizi pada beras disebabkan oleh konsentrasi CO2 yang terus meningkat di atmosfer Bumi.

"CO2 adalah faktor yang dapat membuat tanaman tumbuh lebih banyak," kata Lewis Ziska, peneliti lain yang terlibat dalam studi ini.

"Namun, bila tumbuhan tumbuh lebih banyak bukan berarti kualitas tanaman akan bagus," tegasnya.

Baca juga: Perubahan Iklim Akan Paksa 143 Juta Orang untuk Pindah

Mengingat konsentrasi CO2 di atmosfer saat ini adalah yang tertinggi sejak 800.000 tahun terakhir, sangat mungkin beras saat ini juga telah kehilangan separuh kandungan gizinya.

Namun, hal itu masih dugaan dan belum diteliti. Mungkin perlu membandingkan beras hari ini dengan beras dari beberapa dekade lalu yang telah diawetkan untuk membuktikannya.

Chuck Rice, profesor Agronomi dari Universitas Kansas mengomentari, mungkin penurunan kualitas tidak hanya terjadi pada beras namun juga tanaman lain.

"Ada laporan lain yang telah menguji biji-bijian di laboratorium, kandungan protein di dalamnya turun 2 hingga 10 persen saat ada di bawah konsentrasi CO2 yang tinggi," kata Rice.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com