"Varietas ini keunggulannya (adalah) kandungan beta karoten tinggi yang kaya vitamin A serta tidak mengandung gluten sehingga aman dikonsumsi oleh orang yang memiliki alergi gluten," jelas peneliti Pusat Penelitian Bioteknologi Pertanian LIPI, spesialis singkong, Ahmad Fathoni.
Fathoni menjelaskan, setiap jenis singkong memiliki karakter yang berbeda sehingga berbeda pula potensi pemanfaatannya.
"Menjaga sumberdaya genetika ubi kayu, baik di lapang maupun kultur jaringan, menjadi sangat penting dalam pengembangan ubi kayu ke depan, khususnya perbaikan mutu genetik," ujarnya.
Fathoni menambahkan, selain mengembangkan bibit singkong unggul, Pusat Penelitian Bioteknologi LIPI juga mengembangkan teknologi proses pengolahan ubi kayu menjadi modified cassava flour atau tepung singkong modifikasi (mocaf) yang kaya beta karoten.
"Produk macaf kaya beta karoten yang dihasilkan dari ubi kayu unggul LIPI memiliki kualitas yang telah terbukti lebih baik dari sebagian mocaf yang ada di pasaran," ujarnya.
Saat ini, alih teknologi telah dilakukan melalui UKM Sari Kumetap, Subang dan UKM Mekar Sari, Boyolali sebagai binaan LIPI.
"Kami berharap dapat meningkatkan nilai tambah ekonomi singkong juga kesejahteraan para pelaku usaha seperti petani, pengolah hingga pelaku usaha industri," katanya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.