Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ahli Gizi Kritisi Isi Bantuan untuk Bayi 14 Bulan yang Diberi Kopi

Kompas.com - 21/09/2019, 12:11 WIB
Ellyvon Pranita,
Shierine Wangsa Wibawa

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Ahli gizi, Dr dr Tan Shot Yen M Hum, mengkritisi bantuan yang diberikan pihak Dinas Kesehatan Polewali Mandar kepada bayi perempuan berusia 14 bulan yang diberi minum kopi lima gelas sehari.

Pasalnya, bantuan yang diberikan berupa susu formula dan biskuit.

Seperti yang dipaparkan dalam artikel Kompas.com, Kamis (19/9/2019); menurut Tan, air susu ibu (ASI) adalah makanan terbaik yang harus diberikan ibu untuk bayi. Tidak ada satupun makanan alternatif untuk bayi baru lahir, termasuk susu formula sekalipun.

"ASI punya kelebihan yang sama sekali tidak bisa ditiru (susu) formula. 50 tahun lebih manusia gagal menciptakan ASI buatan. Akhirnya seluruh dunia dipanggil untuk menyusui bayi lagi," jelasnya.

Baca juga: Bayi Minum Kopi karena ASI Tak Keluar, Ahli Gizi Paparkan Faktanya

Tan mengingatkan, hanya ada satu alasan bayi dapat mengonsumsi susu formula, yakni jika bayi memiliki kondisi khusus sehingga dokter meresepkan untuk memberi susu formula.

"ASI murah, komplet gizi, steril, selalu punya komposisi beda sesuai kebutuhan bayi. Hebat kan! Mencegah kanker, punya antibodi buat si bayi. Berapa juta anak terselamatkan dari kematian justru karena ASI," ujar Tan.

Tan juga berkata bahwa tak ada satu pun ibu yang baru melahirkan tidak dapat mengeluarkan ASI. Perbedaannya hanyalah apakah ASI berlimpah atau kekurangan..

"Yang ada, justru saat hamil tua, ibu tidak diajarkan bagaimana untuk menyusui dengan benar," kata Tan dihubungi Kompas.com, Rabu (16/9/2019).

Dokter Tan berkata bahwa seharusnya, jajaran Dinkes dan penggerak gizi tetap mempertimbangkan kebutuhan yang paling mendasar dan dibutuhkan bayi itu, yaitu air susu ibu (ASI).

Baca juga: Bayi 14 Bulan Diberi 5 Gelas Kopi Sehari, Ini 5 Efeknya Menurut Ahli Gizi

Daripada memberikan susu formula dan ASI, Dinkes seharusnya memberikan pengetahuan dasar pada ibu dari Khadijah Haura dan ibu menyusui lainnya mengenai bagaimana memperlancar dan memperbanyak produksi ASI.

"Dinkes mesti bawa peralatan masak. Sumbang itu! Bahan-bahan pangan (juga). Ajari ibunya bikin MPASI (Makanan Pendamping ASI) yang optimal. Ini malah petugas kesehatannya bantuin promosi industri (susu formula). Ngaco kan," jelasnya.

Dokter Tan pun mengajak semua orang, termasuk Presiden Joko Widodo, jajaran pemerintah, konselor menyusui, fasilitator Pemberian Makanan Bayi dan Anak (PMBA) nasional dan tingkat daerah, serta masyarakat untuk mengawal literasi gizi.

"Makanya, kita mendorong semua ibu menyusui bayi dan anaknya, dari situlah generasi unggul dibentuk," imbuhnya.

Jadi, memberikan kopi atau minuman lainnya kepada bayi karena tidak punya ASI itu sebenarnya bukan alasan.

Semua ibu punya ASI namun dengan tingkat produktivitas yang berbeda, tergantung situasi sang ibu.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau