Hal ini berbeda dengan anak-anak yang menerapkan perilaku dari apa yang dilihatnya. Anak-anak dalam fase meniru apa yang dilihat belum mengerti apakah yang dilakukannya itu baik atau buruk, dan apakah bisa menyakiti orang lain.
Astrid menegaskan, dalam memilih dan memilah kartun sesuai usia anak, bukan hanya kartun Spongebob Squarepants, melainkan juga kartun-kartun lain yang berpotensi ditiru anak tanpa menyaring informasi dan adegan di dalamnya.
Terlebih di dalam adegan kartun tidak nampak mana hal baik dan mana hal buruk yang secara jelas sama dengan kehidupan nyata.
"Misal (kartun) yang lain, Minions, itu juga tidak kelihatan mana yang baik dan buruk. Pesannya juga yang jelas enggak ada. Bahkan, ada juga adegan bawa senjata tajam tapi pakai ketawa-tawa. Ini kan kalau real kehidupan, ya enggak boleh dong anak-anak begitu," kata Astrid.
Selain kartun, tontonan dari sinetron dan film juga bisa memengaruhi perilaku anak-anak.
Astrid mengatakan, banyak tayangan sinetron Indonesia yang menyajikan hal negatif yang perlu diperhatikan dan dipertimbangkan tidak hanya oleh orangtua, tapi juga pihak berwenang.
"Adegan di sinetron lebih banyak drama. Ini kalau dipertontonkan terus-menerus kepada si anak, lama kelamaan akan menjadi bagian cara berpikir anak itu," ujarnya.
Dalam sinetron, semuanya terasa mudah dan ada yang dilebih-lebihkan. Dalam artian, menurut Astrid, selalu ada relasi untuk tiba-tiba membantu atau juga berlebihan dalam menanggapi sesuatu bahkan berprasangka buruk.
Nah, jika anak-anak terpapar hal-hal semacam ini paling tidak sejam dalam sehari, tayangan yang mereka tonton berpotensi ditiru dalam kehidupan sehari-hari dan terus-menerus.
Baca juga: Tokoh Kartun Gemuk Bikin Anak Lebih Sering Makan Junk Food
Astrid mengatakan, bukan hal mudah untuk memperbaiki pola pikir anak yang didapat lewat tayangan yang ditontonnya.
Oleh sebab itu, Astrid menyarankan KPI dan orangtua untuk benar-benar memilah, mana tayangan yang memang benar-benar berpotensi memicu pemikiran dan perilaku kurang baik terhadap anak.
"Kartun, sinetron, dan segala jenis tontonan yang bahkan tidak hanya di televisi sekarang, di YouTube juga banyak, nah itu kalau durasi nontonnya lama atau rutin, tetap saja buruk ke anaknya," katanya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.