Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 05/09/2019, 20:05 WIB
Ellyvon Pranita,
Sri Anindiati Nursastri

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Kabut asap melanda berbagai daerah Indonesia, terutama Sumatera dan Kalimantan, sejak beberapa waktu lalu. Kabut asap ini juga viral di kalangan warganet. 

Untuk menjelaskan perihal kabut asap yang sedang terjadi, Kompas.com mencoba menghubungi Subbidang Prediksi Cuaca BMKG, Agie Wandala Putra, Kamis (5/9/2019).

Dari data terakhir pada laman web BMKG pukul 13.00 WIB mengenai citra sebaran asap, terdeteksi asap di wilayah Riau, jambi, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah dan Kalimantan Timur.

Baca juga: Studi: Kabut Asap 2015 Memicu 100.000 Kematian Dini

Arah angin di Sumatera dan Kalimantan pada umumnya bergerak dari Tenggara-Barat Daya menuju Barat Laut-Timur Laut. Begitupun arah sebaran asap di Riau, Jambi, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, dan Kalimantan Timur yang menyebar ke arah Barat - Barat Laut.

Untungnya, tidak terdeteksi adanya Transboundary Haze atau pencemaran asap.

Berdasarkan pantauan satelit Himawari-8 Geohotspot, dengan kemampuan analisis BMKG, Agie mengatakan bahwa kita bisa melihat sebaran asap ini cukup meluas. Terutama dari sumber titik panas di Kalimantan Selatan dan Kalimantan Barat.

"Ini juga karena angin bergerak ke arah Barat Laut, atau ke Utara, ini bisa ke Perairan Kalimantan Barat," tutur Agie.

Petugas jalan tol Indralaya-Palembang melakukan pengaturan lalu lintas saat terjadi kabut asap akibat kebakaran lahan gambut di Desa Pulau Semembu, Indralaya Utara, Ogan Ilir, Sumatra Selatan, Senin (5/8/2019). BPBD Sumsel mencatat per awal Agustus, Ogan Ilir menjadi kabupaten dengan wilayah kebakaran lahan terluas yaitu seluas 121,5 hektare dari enam wilayah rawan kebakaran lahan dan hutan di Sumsel.ANTARA FOTO/AHMAD RIZKI PRABU Petugas jalan tol Indralaya-Palembang melakukan pengaturan lalu lintas saat terjadi kabut asap akibat kebakaran lahan gambut di Desa Pulau Semembu, Indralaya Utara, Ogan Ilir, Sumatra Selatan, Senin (5/8/2019). BPBD Sumsel mencatat per awal Agustus, Ogan Ilir menjadi kabupaten dengan wilayah kebakaran lahan terluas yaitu seluas 121,5 hektare dari enam wilayah rawan kebakaran lahan dan hutan di Sumsel.

Jambi dan Pekanbaru merupakan wilayah yang terdapat banyak titik api yang menyebabkan kabut asap terjadi di wilayah Sumatera. Masyarakat dihimbau untuk tidak melakukan aktivitas pembakaran lahan, karena kondisi lahan yang kering. 

Hujan di beberapa wilayah di Sumatera masih dominan terjadi di Aceh, Sumatera Utara, dan Sumatera Barat karena iklim yang berbeda. Namun dikatakan Agie bahwa ini tidak akan berdampak kepada hilangnya kabut asap yang terjadi di daerah terdekatnya.

"Ya hujan di suatu wilayah itu tidak berdampak pada daerah yang titik panas, makanya tidak berpengaruh meskipun Riau atau Jambi sedang kabut asap," ujar Agie.

Baca juga: Sudah Terkena Kabut Asap, Jangan Diperburuk dengan Merokok

Meski pagi tadi, Palembang dan Pontianak tingkat partikulat atau partikel udara diatas ambang konsentrasi dengan kategori tidak sehat, yaitu di atas 150 µgram/m3.

Petang ini, Ibukota Kabupaten Kotawaringin yakni Sampit di Provinsi Kalimantan Tengah, batas konsentrasi polusi udaranya mencapai 258,96 µgram/m3, atau dikatakan sangat tidak sehat.

Diprediksi hingga September awal Oktober, kabut asap masih akan berlangsung sebab sebagian besar wilayah di Indonesia memasuki musim hujan pada bulan Oktober.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Rekomendasi untuk anda
28th

Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!

Syarat & Ketentuan
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.

Terkini Lainnya

Bagaimana Cara Mendiagnosis Mati Otak?

Bagaimana Cara Mendiagnosis Mati Otak?

Oh Begitu
Analisis BMKG Gempa Bumi M 6,7 di Kepulauan Talaud

Analisis BMKG Gempa Bumi M 6,7 di Kepulauan Talaud

Fenomena
Mengapa Ayam Berkokok Saat Setelah Bertelur?

Mengapa Ayam Berkokok Saat Setelah Bertelur?

Oh Begitu
Apa yang Terjadi Saat Otak Mati?

Apa yang Terjadi Saat Otak Mati?

Oh Begitu
Apakah Ada Cara Memperlambat Proses Penuaan?

Apakah Ada Cara Memperlambat Proses Penuaan?

Oh Begitu
BMKG Prediksi Musim Kemarau 2023 Berakhir pada Akhir Oktober

BMKG Prediksi Musim Kemarau 2023 Berakhir pada Akhir Oktober

Fenomena
Kloroplas Tanaman Berpotensi Jadi Obat untuk Penyakit Huntington

Kloroplas Tanaman Berpotensi Jadi Obat untuk Penyakit Huntington

Oh Begitu
Jangan Asal Buang, Sampah Rumah Tangga Ini Juga Limbah Berbahaya

Jangan Asal Buang, Sampah Rumah Tangga Ini Juga Limbah Berbahaya

Kita
Apakah Ada Makanan yang Membuat Kentut Berbau?

Apakah Ada Makanan yang Membuat Kentut Berbau?

Oh Begitu
Fakta-fakta Menarik Bayi Gajah, Tak Hanya Suka Mengisap Belalai

Fakta-fakta Menarik Bayi Gajah, Tak Hanya Suka Mengisap Belalai

Oh Begitu
Apakah Gajah Afrika Bisa Kawin dengan Gajah Asia?

Apakah Gajah Afrika Bisa Kawin dengan Gajah Asia?

Oh Begitu
Ilmuwan Temukan Bahan Bakar 'Aman Api'

Ilmuwan Temukan Bahan Bakar 'Aman Api'

Fenomena
Apakah Ikan Juga Minum Saat Merasa Haus?

Apakah Ikan Juga Minum Saat Merasa Haus?

Oh Begitu
Bagaimana Cincin Saturnus Terbentuk?

Bagaimana Cincin Saturnus Terbentuk?

Fenomena
Mengatasi Polusi Udara dengan Teknologi Plasma

Mengatasi Polusi Udara dengan Teknologi Plasma

Fenomena
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Verifikasi akun KG Media ID
Verifikasi akun KG Media ID

Periksa kembali dan lengkapi data dirimu.

Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.

Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com