KOMPAS.com - Kabut asap melanda berbagai daerah Indonesia, terutama Sumatera dan Kalimantan, sejak beberapa waktu lalu. Kabut asap ini juga viral di kalangan warganet.
Untuk menjelaskan perihal kabut asap yang sedang terjadi, Kompas.com mencoba menghubungi Subbidang Prediksi Cuaca BMKG, Agie Wandala Putra, Kamis (5/9/2019).
Dari data terakhir pada laman web BMKG pukul 13.00 WIB mengenai citra sebaran asap, terdeteksi asap di wilayah Riau, jambi, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah dan Kalimantan Timur.
Arah angin di Sumatera dan Kalimantan pada umumnya bergerak dari Tenggara-Barat Daya menuju Barat Laut-Timur Laut. Begitupun arah sebaran asap di Riau, Jambi, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, dan Kalimantan Timur yang menyebar ke arah Barat - Barat Laut.
Untungnya, tidak terdeteksi adanya Transboundary Haze atau pencemaran asap.
Berdasarkan pantauan satelit Himawari-8 Geohotspot, dengan kemampuan analisis BMKG, Agie mengatakan bahwa kita bisa melihat sebaran asap ini cukup meluas. Terutama dari sumber titik panas di Kalimantan Selatan dan Kalimantan Barat.
"Ini juga karena angin bergerak ke arah Barat Laut, atau ke Utara, ini bisa ke Perairan Kalimantan Barat," tutur Agie.
Jambi dan Pekanbaru merupakan wilayah yang terdapat banyak titik api yang menyebabkan kabut asap terjadi di wilayah Sumatera. Masyarakat dihimbau untuk tidak melakukan aktivitas pembakaran lahan, karena kondisi lahan yang kering.
Hujan di beberapa wilayah di Sumatera masih dominan terjadi di Aceh, Sumatera Utara, dan Sumatera Barat karena iklim yang berbeda. Namun dikatakan Agie bahwa ini tidak akan berdampak kepada hilangnya kabut asap yang terjadi di daerah terdekatnya.
"Ya hujan di suatu wilayah itu tidak berdampak pada daerah yang titik panas, makanya tidak berpengaruh meskipun Riau atau Jambi sedang kabut asap," ujar Agie.
Meski pagi tadi, Palembang dan Pontianak tingkat partikulat atau partikel udara diatas ambang konsentrasi dengan kategori tidak sehat, yaitu di atas 150 µgram/m3.
Petang ini, Ibukota Kabupaten Kotawaringin yakni Sampit di Provinsi Kalimantan Tengah, batas konsentrasi polusi udaranya mencapai 258,96 µgram/m3, atau dikatakan sangat tidak sehat.
Diprediksi hingga September awal Oktober, kabut asap masih akan berlangsung sebab sebagian besar wilayah di Indonesia memasuki musim hujan pada bulan Oktober.
https://sains.kompas.com/read/2019/09/05/200500423/bmkg--kabut-asap-di-sumatera-dan-kalimantan-berpotensi-meningkat