Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Keracunan Makanan, dari Penyebab hingga Pengobatannya

Kompas.com - 04/09/2019, 19:30 WIB
Sri Anindiati Nursastri

Editor

KOMPAS.com - Keamanan makanan merupakan salah satu aspek penting dalam kehidupan sehari-hari. Makanan yang sehat merupakan makanan yang bebas dari mikroorganisme seperti bakteri, virus, dan parasit.

Jika makanan-makanan tersebut tercemar, Anda bisa terkena penyakit yang disebut dengan keracunan makanan. Dikutip dari Mayo Clinic: Family Health Book terbitan Intisari, berikut penyakit serta tips untuk menjaga makanan agar aman untuk dikonsumsi.

Gejala

Keracunan makanan adalah terjadinya infeksi pada saluran pencernaan akibat mengonsumsi makanan yang tercemar. Makanan itu kemungkinan mengandung bakteri yang berbahaya, zat beracun, parasit, virus, atau bahan kimia beracun yang berbahaya. Bakteri yang paling umum tersebar adalah kampilobaker, salmonella, e coli, listeria, dan virus mirip Norwalk (Norovirus).

Baca juga: Studi: Kasus Keracunan Makanan akan Meningkat Akibat Perubahan Iklim

Tanda dan gejala umumnya adalah kehilangan nafsu makan, mual, dan muntah. Gejala ini muncul dalam waktu setengah jam sesudah makan, atau mungkin juga tidak muncul dalam waktu tiga minggu.

Penyakit keracunan makanan cukup berbahaya karena mengancam nyawa terutama pada anak-anak, bayi, wanita hamil, lansia, dan orang yang memiliki sistem kekebalan tubuh yang lemah.

Pencegahan

Umumnya pasokan makanan dan air di Indonesia belum memenuhi Standar Operasional Prosedur (SOP) tertentu layaknya di Amerika Serikat. Sehingga, sebagai konsumen Anda harus berhati-hati terhadap apa yang akan Anda makan.

Berikut langkah yang dapat membantu mencegah penyakit keracunan makanan di rumah:

• Sering mencuci tangan, peralatan makanan, dan peralatan memasak.
Mencuci tangan dengan air hangat dan sabun sebelum dan sesudah memasak, terutama daging segar, ikan, ayam, dan kerang. Kemudian, gunakan air panas untuk peralatan memasak, talenan, serta peralatan lain yang digunakan. Gunakan spons bersih untuk mencuci peralatan makanan dan memasak.

• Pisahkan makanan mentah dari makanan yang siap santap.
Saat berbelanja, memasak, atau menyimpan makanan, pisahkan daging mentah, ayam, ikan, dan kerang dari makanan lain. Hal ini untuk mencegah terjadinya kontaminasi dari satu makanan ke makanan lainnya. Simpanlah makanan mentah dalam lemari es dalam wadah agar cairannya tidak menetes ke makanan lain.

• Masak makanan pada suhu yang aman.
Makanan yang berasal dari hewan tidak dimasak atau kurang matang berpotensi tidak aman. Cara terbaik untuk mengetahui apakah daging, ayam, atau telur sudah dimasak hingga suhu aman adalah dengan termometer makanan. Masaklah ikan dan kerang sampai bagian luarnya kelihatan buram.

• Masukkan segera makanan yang mudah basi ke dalam kulkas

Makanan yang mudah basi sebaiknya disimpan ke dalam kulkas dalam waktu dua jam setelah dibeli atau dimasak. Jika suhu berasa di atas 30 derajat celcius, dinginkan dalam waktu satu jam. Bekukan daging segar, ayam, ikan, dan kerang jika tidak digunakan dalam beberapa hari.

• Ikuti petunjuk keamanan.
Seringkali imbauan ini dihiraukan. Mulai sekarang, sebaiknya Anda membaca label produk makanan dan ikuti petunjuk keamanannya, seperti “simpan di lemari es” dan “petunjuk penanganan yang aman”.

• Memasak makanan yang aman.
Suhu maksimal makanan adalah 4 derajat celcius sedangkan suhu minimalnya adalah -60 derajat celcius. Bakteri akan tumbuh dengan cepat di zona berbahaya antar suhu tersebut. Sesudah makan, jangan biarkan sisa makanan tetap di atas meja untuk menghindari bakteri yang tumbuh.

• Kalau ragu, sebaiknya dibuang
Jika Anda merasa ragu akan keamanan atau kehigienisan suatu makanan, lebih baik dibuang. Makanan yang dibiarkan dalam suhu kamar terlalu ama mungkin mengandung kuman yang tidak dapat mati dengan dimasak. Terutama, jika makanan Anda sudah berubah warna, aroma dan rasa.

Halaman:


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau