KOMPAS.com- Film Gundala yang sedang tayang di bioskop ramai diperbincangkan oleh masyarakat Indonesia.
Film yang diadaptasi dari komik berjudul Gundala Putra Petir menceritakan kisah Sancaka yang mendapat kekuatan super setelah tersambar petir. Dia pun menjadi superhero bernama Gundala.
Melihat kemampuan super Gundala, Anda mungkin merasa iri dan ingin punya kekuatan super. Namun, jangan lantas sengaja menyetrumkan diri ke listrik atau berlari ke tengah lapangan saat badai petir.
Seperti yang dilansir dari Gizmodo.com, 26 Juli 2019; sedikit stimulasi listrik pada otot (electrical muscle stimulation atau EMS) ternyata bisa mempercepat gerak reflek manusia sehingga mirip manusia super.
Baca juga: Penggembala dan 19 Kerbau Tersambar Petir, Kenapa Halilintar Sangat Mematikan?
Rata-rata manusia dapat bereaksi terhadap rangsangan visual sekitar seperempat detik. Jadim ketika mata Anda melihat nyamuk berdengung di sekitar kepala, dibutuhkan waktu sekitar 250 milidetik untuk lengan Anda dapat mulai bergerak.
Pasalnya, otak Anda menghabiskan sebagian besar waktu itu, sekitar 200 milidetik, untuk bisa memproses apa yang dilihatnya, lalu memutuskan apa yang harus dilakukan dan mengirimkan sinyal agar tubuh bereaksi. Sementara 50 milidetik sisanya merupakan waktu yang dibutuhkan oleh otot manusia agar bereaksi ketika disuruh.
Kombinasi kedua proses tersebut mewakili waktu reaksi manusia, dan para peneliti di University of Chicago dan lab penelitian Sony CSL di Tokyo, Jepang, telah menemukan cara yang belum sempurna untuk memotong waktu reaksi awal tersebut.
Dalam beberapa percobaan sederhana yang dilakukan, seperti menangkap spidol yang jatuh, atau memotret objek berkecepatan tinggi gerakannya, yaitu bola bisbol yang ditembakkan oleh mesin; para peneliti menggunakan kombinasi sensor untuk mendeteksi apa yang terjadi dan menghubungkan stimulator otot listrik untuk mempercepat reaksi subjek.
Hasilnya, metode tersebut memang terbukti bisa meningkatkan kecepatan refleks subjek.
Baca juga: Tersambar Petir, dari Pencegahan, Cederanya hingga Penanganannya
Namun, tujuan dari penelitian ini bukanlah untuk membuat subjek merasa seperti boneka yang dikendalikan oleh perangkat. Pasalnya, seorang superhero seharusnya bisa mengendalikan dirinya sendiri, bukan dikendalikan oleh kekuatannya.
Oleh karena itu, setelah melalui semua percobaan dan kesalahan, para peneliti menemukan bahwa dengan membatasi aktivasi stimulator otot listrik menjadi sekitar 160 milidetik setelah peristiwa pemicu, waktu reaksi subjek dapat dipercepat hingga 80 milidetik dan mereka masih merasa memiliki kontrol penuh.
Padahal, gerakan mereka sepenuhnya dikendalikan oleh semua perangkat keras yang terhubung, tetapi karena waktu antara reaksi alami mereka dan yang dipicu secara buatan tidak berbeda jauh, mereka berpikir telah melakukannya sendiri.
Penelitian ini jelas masih jauh dari sempurna. Eksperimen terbatas pada peristiwa yang sangat spesifik dan tunggal. Jika subjek uji berubah pikiran pada menit terakhir, hasil dan reaksi mereka akan sama saja.
Untuk menjadi benar-benar efektif dan mereplikasi kecepatan refleks Gundala, sistem harus memperhitungkan jumlah variabel dan stimuli yang hampir tak terbatas
Dengan kata lain, kekuatan manusia super yang sebenarnya memang masih jauh, tetapi pendekatan ini dapat bermanfaat bagi mereka yang menghadapi tantangan mobilitas dalam menjalani kehidupan sehari-hari.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.