Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bagaimana Indonesia Bisa Membangun Industri Halal yang Sesungguhnya?

Kompas.com - 27/08/2019, 12:08 WIB
Ellyvon Pranita,
Shierine Wangsa Wibawa

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Prof. Dr. Irwandi Jaswir, guru besar International Islamic University Malaysia, mengatakan bahwa Indonesia harus membangun industri halal yang sesungguhnya untuk bersaing di era industri 4.0.

Industri halal adalah salah satu industri yang paling menanjak saat ini. Industri ini diperkirakan senilai 3,1 trilyun dolar AS, dengan sektor pangan menyumbang seperlimanya.

Pada 2010, pasaran pangan halal global mencapai 640 milyar dolar AS dengan pertumbuhan sebesar 1,5%. Selain pangan, industri kosmetik, dan obat-obatan halal juga tidak kurang besarnya.

Meski begitu, Indonesia sebagai negara muslim terbesar di dunia, belum dapat memanfaatkan kesempatan ini untuk menjadi salah satu pemain utama dalam industri halal.

"Jangankan melirik pangsa besar yang luar biasa besar diatas, pembangunan industri halal di Indonesia justru lebih fokus hanya sertifikasi," kata Irwan kepada Kompas.com.

Baca juga: Hidung Buatan Ini Bisa Deteksi Minyak Babi, Pastikan Makanan Halal

Sertifikasi merupakan salah satu cara untuk memberi jaminan sebuah produk yang beredar di pasaran halal untuk dikonsumsi.

Menurut Irwandi, tidak ada yang salah dengan sertifikasi, namun menjadikan sertifikasi sebagai prioritas pembangunan industri halal merupakan tindakan yang kurang tepat.

"Sertifikasi seharusnya berjalan seiring dengan 'misi' utama, yakni membangun industri halal yang sesungguhnya—yang antara lain melakukan pembinaan kepada industri," tuturnya.

"Tidak hanya itu, mendidik masyarakat memiliki kesadaran halal (halal awareness), dan tidak ketinggalan melakukan Penelitian dan Pengembangan (Litbang)," katanya.

Di era Industri 4.0, sertifikasi sudah harus melibatkan kemajuan “Blockchains dan Big Data”, di mana kecepatan menjadi penentu, termasuk dalam memproses sertifikasi halal itu sendiri sekaligus dengan metode pengesahan (authentication) yang telah teruji secara ilmiah.

Baca juga: Sisik Ikan Bisa Jadi Obat Luka Halal untuk Semua Pemeluk Agama

Dalam pengembangan industri halal, setidaknya ada tiga hal yang menjadi isu penting.

Ketiganya adalah mengembangkan bahan-bahan halal alternatif untuk menggantikan bahan tidak halal, mengembangkan sistem pemprosesan produk, serta pengembangan metode cepat autentikasi dan pendeteksian komponen tidak halal.

Alat-alat pendeteksian (detection kit) halal yang berdasarkan molekuler, misalnya, malah banyak diproduksi oleh Jerman, AS atau Jepang. Malaysia dan Thailand juga sudah mulai mengejar.

Indonesia harus intensif mengembangkan Sains Halal seandainya negara dengan 220 juta populasi Muslim ini bercita-cita menjadi pemain utama dalam industri halal dunia.

Ada dua hal yang perlu menjadi prioritas dalam pengembangan riset Sains Halal di Indoneia.

Pertama adalah pengembangan metode autentikasi kehalalan makanan yang cepat dan ampuh, termasuk pengembangan metode-metode baru yang lebih sensitif dan bisa dihandalkan untuk menganalisa komponen tidak halal.

Selanjutnya, pengembangan bahan-bahan mentah serta bahan tambahan makanan (food additives) yang terjamin kehalalannya dari sumber lokal.

"Kami meyakini bahwa riset ilmiah terkait Sains Halal yang mencakup bahan alternatif halal, autentikasi halal, mengembangan metode cepat analisa halal, produk halal pangan dan kosmetik, pengembangan standar halal dan lainnya," ujar Irwan.

Pasalnya, hal-hal ini bukan hanya elemen penting dalam melindungi konsumen Muslim dari kerentanan kontaminasi bahan tidak halal, tetapi juga sangat dibutuhkan dalam membangun industri halal yang berorientasi untuk pengembangan ekonomi bangsa.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Video Pilihan Video Lainnya >

Terkini Lainnya

Kisah Penemuan Kerabat T-Rex, Tersembunyi di Laci Museum Selama 50 Tahun
Kisah Penemuan Kerabat T-Rex, Tersembunyi di Laci Museum Selama 50 Tahun
Fenomena
Planet Baru Mirip Bumi Ditemukan Mengorbit Bintang Katai 
Planet Baru Mirip Bumi Ditemukan Mengorbit Bintang Katai 
Fenomena
Mengapa Evolusi Bisa Menjelaskan Ukuran Testis Manusia Tapi Tidak Dagu Kita yang Unik
Mengapa Evolusi Bisa Menjelaskan Ukuran Testis Manusia Tapi Tidak Dagu Kita yang Unik
Kita
Paus Pembunuh Berbagi Mangsa dengan Manusia: Tanda Kepedulian atau Rasa Ingin Tahu?
Paus Pembunuh Berbagi Mangsa dengan Manusia: Tanda Kepedulian atau Rasa Ingin Tahu?
Oh Begitu
Apakah Kucing Satu-Satunya Hewan yang Bisa Mengeluarkan Suara Mendengkur?
Apakah Kucing Satu-Satunya Hewan yang Bisa Mengeluarkan Suara Mendengkur?
Oh Begitu
Siapakah Pemburu Terhebat dan Terburuk di Dunia Hewan? 
Siapakah Pemburu Terhebat dan Terburuk di Dunia Hewan? 
Oh Begitu
Misteri Sepatu Raksasa Romawi Kuno, Siapakah Pemiliknya?
Misteri Sepatu Raksasa Romawi Kuno, Siapakah Pemiliknya?
Oh Begitu
Bagaimana Wujud Neanderthal dan Denisovan Jika Masih Hidup Hari Ini?
Bagaimana Wujud Neanderthal dan Denisovan Jika Masih Hidup Hari Ini?
Kita
NASA Temukan Objek Antar-Bintang yang Melintas Cepat di Tata Surya
NASA Temukan Objek Antar-Bintang yang Melintas Cepat di Tata Surya
Fenomena
Keindahan Planet Merkurius Terlihat Jelas di Langit Senja Juli Ini
Keindahan Planet Merkurius Terlihat Jelas di Langit Senja Juli Ini
Oh Begitu
Ditemukan, Planet Ekstrem yang Memicu Semburan Energi di Bintang Induknya
Ditemukan, Planet Ekstrem yang Memicu Semburan Energi di Bintang Induknya
Oh Begitu
Bisakah Serigala dan Rubah Kawin Silang? Ini Jawaban Ilmiahnya
Bisakah Serigala dan Rubah Kawin Silang? Ini Jawaban Ilmiahnya
Oh Begitu
Satelit “Zombie” NASA Kembali Hidup, Pancarkan Sinyal Radio Setelah 60 Tahun Mati Total
Satelit “Zombie” NASA Kembali Hidup, Pancarkan Sinyal Radio Setelah 60 Tahun Mati Total
Oh Begitu
Teleskop Webb Ungkap Rahasia Materi Gelap di Zona Tabrakan Kosmik
Teleskop Webb Ungkap Rahasia Materi Gelap di Zona Tabrakan Kosmik
Fenomena
Peneliti Temukan Saklar Kolesterol, Harapan Baru Cegah Penyakit Jantung, Diabetes, dan Kanker
Peneliti Temukan Saklar Kolesterol, Harapan Baru Cegah Penyakit Jantung, Diabetes, dan Kanker
Kita
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau